Dua staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) secara bersamaan dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Gadjah Mada. Prof. Dr. Abdurakhman.,S.Si.,M.Si dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Statistika Keuangan, dan Prof. Atok Zulijanto, S.Si., M.Si., Ph.D dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Teori Fungsi, Fungsi Real, dan Kelas Fungsi Baire. Upacara pengukuhan sebagai Guru Besar untuk keduanya berlangsung di Balai Senat UGM, Selasa (18/11).
Mengucap pidato berjudulStatistika Keuangan: Model Valuasi Harga Kontrak Sewa Tanaman Buah, Abdurakhman menyatakan harga sewa kebun pohon buah yang berlaku di berbagai daerah pedesaan di Indonesia pada umumnya masih bersifat sederhana dan berbasis kesepakatan langsung antara pemilik dan penyewa. Misalnya, tarif sewa bisa ditetapkan sebesar satu juta rupiah per pohon untuk satu musim panen, atau bahkan, lebih murah jika jumlah pohon yang disewakan semakin banyak. Pola seperti ini menunjukkan adanya prinsip ekonomi skala dan negosiasi sosial yang khas dalam praktik ekonomi masyarakat agraris. 
Dalam banyak kasus, harga sewa tidak hanya dipengaruhi oleh potensi hasil buah, tetapi juga oleh faktor nonekonomi seperti hubungan kekerabatan, kepercayaan, atau tradisi lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun. Hal ini menjadikan transaksi sewa kebun pohon buah bukan sekadar perjanjian ekonomi, melainkan juga interaksi sosial yang mengandung nilai budaya dan moral. “Hasil studi lapangan yang dilakukan di sejumlah sentra produksi buah tropis menunjukkan adanya keragaman yang menarik dalam bentuk kontrak dan perjanjian sewa antara pemilik kebun pohon dan penyewa. Ada kontrak yang bersifat tetap dengan harga disepakati di awal tanpa memperhitungkan hasil panen, ada pula kontrak bagi hasil yang membagi pendapatan setelah panen sesuai kesepakatan tertentu, serta kontrak yang bersifat kombinasi antara keduanya,” ucapnya.
Variasi bentuk kontrak ini, menurut Abdurakhman mencerminkan adanya perbedaan persepsi terhadap risiko dan ketidakpastian hasil panen di kalangan masyarakat. Dari sudut pandang statistika keuangan, fenomena ini membuka ruang kajian yang luas untuk memahami bagaimana masyarakat lokal secara intuitif telah melakukan valuasi risiko dan ekspektasi imbal hasil, meskipun tanpa menggunakan formula formal seperti yang terdapat pada model Black Scholes atau teori kontrak modern. “Dengan demikian, studi tentang sewa kebun pohon buah tidak hanya relevan bagi pengembangan teori valuasi berbasis ekspektasi, tetapi juga penting untuk membangun model ekonomi yang berpijak pada realitas sosial dan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Dari hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka, setidaknya ada tiga tipe kontrak yang menarik untuk dikaji dalam perspektif statistika keuangan dan model valuasinya yaitu Model Waktu Tetap, Model Dinamis Berbasis Threshold, dan juga Model Dinamis Waktu Terbatas,” terangnya.
Sementara itu, Prof. Atok Zulijanto, S.Si., M.Si., Ph.D dalam pengukuhannya menyampaikan pidato berjudul Dinamika Perkembangan Teori Fungsi dan Peranannya dalam Berbagai Bidang. Dia menjelaskan konsep fungsi seperti halnya banyak konsep lain di dalam matematika. Ia merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena dalam kehidupan yang berawal dari kebutuhan praktis manusia, dan seiring waktu, teori fungsi berkembang menjadi bangunan yang kompleks melahirkan beragam konsep, sifat, dan pendekatan baru yang pada akhirnya memiliki aplikasi luas di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. “Namun, dalam perkembangannya, teori fungsi, dan juga teori-teori dalam cabang matematika lainnya, tidak semuanya muncul karena kebutuhan praktis. Banyak di antaranya berkembang tanpa melihat kebutuhan praktis dan aplikasinya,” jelasnya.
Atok Zulijanto mengungkapkan teori-teori berkembang karena dorongan intelektual murni, upaya menyelesaikan masalah internal dalam matematika, pencarian fondasi filosofis, dan dorongan untuk menggeneralisasi maupun menyatukan konsep yang ada. Menariknya, aplikasi dari teori-teori tersebut kerap baru diketahui puluhan bahkan ratusan tahun setelah teori itu dirumuskan. Oleh karena itu, pengembangan teori-teori dalam matematika perlu terus dilakukan. “Tentu bukan hanya untuk menjawab permasalahan saat ini, tetapi juga sebagai investasi intelektual yang menjadi fondasi bagi kemajuan ilmu dan teknologi di masa mendatang,” ucapnya.
Penulis: Kezia dan Leony
Editor: Agung Nugroho
