YOGYAKARTA – Bencana alam yang silih berganti menerpa bangsa Indonesia belakangan ini makin memperkuat modal sosial masyarakat dengan munculnya semangat voluntarisme atau kesukarelawanan. Semangat positif ini diharapkan tidak hanya muncul di saat terjadi bencana namun juga dalam situasi pascabencana dan situasi keadaan normal.
“Pada saat bencana erupsi gunung berapi sekarang ini, sungguh kita terharu bagaimana masyarakat kita saling bantu membantu. Voluntarisme bangkit untuk menolong korban bencana, hal itu merupakan modal sosial yang sangat luar biasa,” kata Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc., dalam pidato sambutan di acara wisuda program sarjana, Rabu (19/2).
Menurut Pratikno, seandainya semangat kesukarelawanan itu terus dipupuk dan dikembangkan, hal itu bisa menjadi energi utama masyarakat menggunakan hak memilihnya dalam memberikan suara pada Pemilu 9 April mendatang. Tidak hanya itu, voluntarisme juga seharusnya bisa menular pada tokoh dan politisi yang ingin menjadi calon memimpin dengan memiliki motivasi yang baik, mewariskan bangsa yang bermartabat bagi anak cucu kelak.
“Saya yakin bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar,” katanya.
Kejadian bencana alam tidak hanya meninggalkan penderitaan bagi mereka yang tertimpa bencana namun juga melahirkan sisi positif dari dunia pendidikan, yakni mendorong kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi. Hal itu diakui langsung oleh Pratikno, bahwa bencana gempa bumi dan longsor di Indonesia sebelumnya telah melahirkan sebuah temuan inovasi dari kalangan ilmuwan UGM.
“Peneliti dari teknik sipil berhasil mengembangakan rumah tahan gempa. Alat deteksi risiko longsor yang diaplikasikan di Karanganyar, Banjarnegara dan Situbondo, awalnya membantu masyarakat agar bisa mendeteksi risiko longsor. Sekarang teknologi buatan UGM ini juga digunakan oleh industri geothermal, dan perusahaan pertambangan multinasional di Indonesia dan juga alat ini digunakan di Myanmar dan di China,” katanya.
Luluskan 1.227 Sarjana
Direktur Administrasi Akademik UGM, Dr.Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih, melaporkan UGM mewisuda 1.227 lulusan sarjana. Lama studi rata-rata 4 tahun 9 bulan. Waktu studi tersingkat diraih Inesyahana Asrifa dari prodi Hubungan Internasional Fisipol yang lulus dalam waktu 3 tahun 2 bulan. Lulusan termuda diraih Gusti Ayu Amanda Clarissa Himawan dari prodi Hubungan Internasional Fisipol yang lulus dengan usia 19 tahun 11 bulan.
Jumlah wisudawan yang berpredikat cumlaude sebanyak 268 wisudawan atau 21,93% dari total wisudawan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata 3,26. Adapun lulusan yang berhasil meraih IPK sempurna, 4,00 adalah Lasteningtyas Dharmastuti dan Nafziah Ulfa Nur Elyta. Keduanya dari prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum. (Humas UGM/Gusti Grehenson)