Tidak dipungkiri untuk membangun pendidikan berkualitas membutuhkan biaya besar dalam penyelenggaraannya. Namun, bukan berarti mereka yang kurang mampu tidak bisa kuliah di UGM. Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Senawi, M.P., menyebutkan bahwa UGM membuka akses seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat untuk belajar di UGM, termasuk dari keluarga tidak mampu. Dengan demikian tidak ada lagi alasan bagi mereka yang miskin tidak bisa mengecap perkuliahan di UGM.
“Biaya pendidikan memang tinggi, tetapi bukan berarti orang miskin tidak bisa belajar di UGM. Kita membuka akses luas untuk semua kalangan selama mereka berprestasi,” kata Senawi belum lama ini.
Guna menyiasati ongkos pendidikan yang besar tersebut, UGM menyalurkan berbagai jenis beasiswa yang diberikan untuk membantu mahasiswa tidak mampu secara ekonomi tetapi mempunyai prestasi akademik tinggi. Saat ini UGM menyediakan 168 jenis beasiswa dengan nominal Rp. 98.553.410.932 untuk 15.456 mahasiswa. Pengelolaan beasiswa dilakukan oleh Direktorat Kemahasiswaan UGM, Direktorat Administrasi Akademik, Direktorat Keuangan, Fakultas, dan Kantor Urusan Internasional.
“Sekarang ini UGM mengelola lebih dari 98 Miliar dana beasiswa untuk mahasiswa. Sementara yang dikelola langsung di bawah Direktorat Kemahasiswaan UGM sebanyak Rp. 87.965.496,- dari 50 sumber beasiswa yang diberikan pada 12.642 mahasiswa,” jelasnya.
Meskipun telah menyalurkan ratusan beasiswa dari berbagai sumber baik dari mitra kalangan swasta maupun institusi pemerintah, hingga saat ini UGM baru mampu memberikan beasiswa sebanyak 33,85 persen dari total mahasiswa UGM yang mencapai 50 ribu mahasiswa. Beasiswa tersebut dimanfaatkan oleh mahasiswa dari program S1 dan Sekolah Vokasi.
“Yang membutuhkan beasiswa masih banyak karenanya kita terus upayakan untuk meningkatkan jumlah beasiswa dengan menambah banyak mitra,” katanya.
Senawi menghimbau kepada para mitra pemberi beasiswa untuk kedepannya meningkatkan nilai beasiswa yang diberikan. Pasalnya, kebutuhan hidup dan biaya kuliah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ia mencontohkan, saat ini masih ada pemberi beasiswa yang memberikan bantuan sebanyak 200 ribu setiap bulannya. Angka tersebut tergolong kecil untuk mencukupi kebutuhan hidup saat ini.
“Masih ada yang memberi 200 ribu per bulannya, itu sangat kurang untuk kondisi sekarang ini. Jadi harapannya kepada mitra pemberi beasiswa bisa meningkatkan nilai beasiswa yang diberikan, atau kalau tidak mengurangi jumlah penerima beasiswa sehingga nilai beasiswa yang diperoleh lebih besar. Hal tersebut akan lebih menjamin prestasi dan tingkat kelulusan mahasiswa,” paparnya.
Selain meningkatkan nilai beasiswa, Senawi berharap bantuan beasiswa yang diberikan dalam bentuk blok grant. Beasiswa model ini memberikan keleluasaan bagi UGM untuk mengatur pemberian beasiswa bagi mahsiswa. Pasalnya seluruh mekanisme seleksi dan peruntukan beasiswa diserahkan sepenuhnya kepada UGM.
“Kami mendorong pemberian beasiswa model ini. Dengan begitu penerimaannya akan merata untuk mahasiswa di 18 Fakultas dan Sekolah Vokasi UGM. Karena selama ini kebanyakan beasiswa diperuntukan bagi mahasiswa di fakultas tertentu seperti FEB, FISIPOL, dan Teknik, sementara yang lainnya masih kurang tersentuh,” ungkapnya.
Senawi menyampaikan bahwa terdapat tiga skema pengajuan beasiswa di UGM. Pertama, beasiswa yang diberikan bagi mahasiswa yang memiliki capaian prestasi akademik tinggi. Kedua, beasiswa bantuan biaya hidup untuk mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Terakhir, beasiswa biaya pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang karena aspek ekonomi kurang mampu, mempengaruhi pencapaian prestasi akademiknya.
“Jadi tidak ada alasan lagi tidak bisa kuliah gara-gara masalah ekonomi. Semua mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengakses beasiswa yang dikelola UGM selama memenuhi skema yang ditawarkan,” tandasnya.
Kebijakan penerimaan beasiswa saat ini, lanjut Senawi, sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dulu, penerima beasiswa tidak dapat menerima beasiswa lebih dari satu sumber beasiswa. Namun, saat ini mahasiswa dapat mengajukan permohonan beasiswa lebih dari satu sumber.
“Kalau dulu orang miskin kalau sudah dapat bantuan biaya pendidikan tidak bisa lagi mengajukan beasiswa prestasi padahal mereka berprestasi. Sehingga sekarang kebijakan diubah boleh mengajukan dobel, dari skema yang berbeda. Dengan begitu prestasi juga menjadi hak bagi mahasiswa UGM yang berasal dari keluarga kurang mampu,” urainya.
Kembali disampaikan Senawi, melalui berbagai skema beasiswa yang ditawarkan tersebut diharapkan akan semakin memperbesar peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk kuliah di UGM termasuk orang miskin dan difabel.
“Kita tidak pernah menghambat siapa saja yang ingin kuliah di UGM. Meskipun dia itu miskin maupun difabel kalau berprestasi tentunya kita terima dan dibantu untuk kelangsungan perkuliahannya,” jelasnya.
Informasi tentang pengajuan beasiswa dapat dilihat melalui website Direktorat Kemahasiswaan UGM, www.dirmawa.ugm.ac.id. Melalui website tersebut dapat dilihat berbagai beasiswa yang sedang ditawarkan. (Humas UGM/Ika)