Tingginya curah hujan di kawasan Pulau Jawa pada periode Desember hingga Februari menyebabkan tingginya risiko bencana banjir di berbagai wilayah di Pulau Jawa. Kabupaten Kudus yang memiliki kondisi geografis di antara Gunung Muria dan Perbukitan Pati menjadi daerah yang mudah terkena banjir. Berada di jalur utama Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa dan memiliki banyak industri, Kabupaten Kudus menyimpan potensi kerugian besar jika bencana banjir melanda daerah ini.
Di awal tahun 2014, Kabupaten Kudus kembali mengalami bencana banjir. Bencana banjir kali ini lebih besar dibanding beberapa tahun sebelumnya. Berbagai bantuan dari banyak pihak segera dikerahkan, termasuk bantuan dari Universitas Gadjah Mada dengan mengirimkan tim relawan tanggap bencana. Sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat, Tim Relawan UGM melakukan pendataan warga miskin yang terkena dampak bencana banjir dan longsor.
“Kita melakukan pengamatan dan pengumpulan data sebagai bahan pertimbangan pembagian logistik dan data pendukung program mitigasi bencana di Kabupaten Kudus. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan di enam Kecamatan di Kabupaten Kudus yang terkena dampak musibah banjir, yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Jekulo, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Undaan, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Kaliwungu,” ujar Setiyo Nugroho, mahasiswa Fakultas Geografi UGM.
Setiyo menjelaskan, pengamatan dilakukan setelah Tim Relawan UGM mengambil data dari kantor kecamatan bersangkutan berupa daftar Keluarga Miskin atau data terkait dan daftar Kepala Keluarga (KK) yang terdampak bencana banjir. Kedua data tersebut diolah untuk menghasilkan data keluarga miskin yang terdampak bencana banjir. Selanjutnya, data tersebut diverifikasi secara acak dengan mengambil sampel minimal sebanyak 20 KK perdesa yang terkena dampak bencana.
“Penilaian warga miskin yang terkena bencana banjir diverifikasi dari kondisi rumah, ketinggian terbenam air, dan lama mengungsi. Sampel berupa KK tersebut kemudian dinilai dengan mendatangi rumah dari sampel untuk diperiksa sesuai kriteria penilaian,” paparnya di Fakultas Geografi UGM, Rabu (26/2) menerangkan.
Setelah dilakukan verifikasi, Tim Relawan UGM menemukan bahwa sebagian besar data sesuai dengan kondisi di lapangan, meskipun di beberapa wilayah data kurang sesuai dengan presentase yang rendah.
“Ketidaksesuaian data biasanya diakibatkan oleh kurang mutakhirnya data pembanding yang diberikan. Ada beberapa penduduk terdaftar telah meninggal dunia atau pindah dari daerah. Lebih rinci lagi, ketidaksesuaian data terjadi dalam bentuk masuknya keluarga yang tidak termasuk dalam kategori miskin ke dalam daftar keluarga miskin. Hal ini tentu saja dikhawatirkan bisa mengakibatkan pemberian bantuan tidak tepat sasaran,” ungkap Setiyo.
Hasil pendataan Tim Relawan UGM, kata Setiyo, mendapat respon positif dari Bupati Kudus. Hasil laporan yang disampaikan ke Kepala BPBD Kabupaten Kudus sangat membantu Pemerintah Kabupaten dalam mendistribusikan bantuan.
“Bupati merasa sangat terbantukan dengan hasil laporan Tim Relawan UGM. Pemkab Kudus terkesan karena hanya dalam waktu singkat, mahasiswa mampu mengumpulkan data warga miskin yang terkena bencana di 6 kecamatan,” papar Setiyo. (Humas UGM/ Agung)