Instrumentasi kimia analitik modern dapat memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan presisi dan akurasi tinggi pada kadar yang sangat rendah. Namun, informasi tersebut tidak serta merta menjelaskan apa yang terjadi dalam sistem biologis dan perubahan signifikan yang akan terjadi. Oleh karena itu, ilmu-ilmu lain, seperti biologi molekuler, kimia, fisika, dan matematika, diperlukan untuk mengetahui secara pasti mekanisme aksi senyawa tersebut dan berbagai kemungkinan yang memicu realisasi risiko.
Hal tersebut disampaikan Prof. dr. Sri Noegrohati, Apt. saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Farmasi UGM belum lama ini. Dalam pidato pengukuhan berjudul “Implementasi Konsep Analisis Risiko Bahan Kimia Toksik dalam Penjaminan Keamanan Kesehatan”, dijelaskan Noegrohati bahwa untuk menguraikan masalah dalam penjaminan keamanan kesehatan dari risiko paparan bahan kimia tosik tidak hanya diperlukan analisis fisiko kimia yang canggih, tetapi juga analisis toksikologik dari tingkat molekular, selular, hingga populasi. “Dengan mengintegrasikan informasi-informasi tersebut dan dengan bantuan analisis komputasi, probabilitas realisasi risiko dapat diprediksi sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan optimal,” ujarnya di Balai Senat UGM.
Dengan meningkatnya kesadaran para pembuat kebijakan akan nilai dan relevansi pengkajian risiko kesehatan, tugas seorang pendidik adalah mempersiapkan anak didiknya agar mampu menyusun rekomendasi yang diperlukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, perlu ditanamkan pada anak didik bahwa teori tanpa fakta hanyalah sebuah khayalan. Namun, fakta tanpa didukung teori yang valid bukanlah ilmu pengetahuan.
Ditambahkan oleh perempuan kelahiran Semarang, 2 Oktober 1945 ini, ilmu pengetahuan dapat menjelaskan mengapa fakta terjadi berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian yang dirancang berdasarkan teori yang mapan. Untuk mendapatkan informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, para anak didik perlu disadarkan akan pentingnya kemampuan menganalisis masalah, yakni kemampuan memecahkan masalah besar menjadi bagian-bagian yang dapat ditangani oleh peneliti-peneliti dengan keahlian spesifik. “Itu dapat dilakukan hanya dengan penelitian terintegrasi yang berkesinambungan dan studi mendalam yang dapat memberi informasi yang benar dengan faktor ketidakpastian (uncertainly) yang rendah,” kata Noegrohati. (Humas UGM)