YOGYAKARTA – Fakultas Farmasi UGM meluluskan 28 Apoteker baru hari ini, Kamis (13/3). Jumlah tersebut didominasi perempuan sebanyak 20 orang, sedangkan laki-laki 8 orang. Dari 28 wisudawan, 11 diantaranya meraih nilai cumlaude. Acara yang berlangsung di University Club ini dihadiri oleh Ketua Komite Farmasi Nasional Drs. Ahaditomo, M.S., Apt.; Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DIY Nunut Rubiyanto,S.Si., Apt.; serta perwakilan Dinas Kesehatan DIY, Dra. Hardiah Djuliani, M.Kes., Apt.
Ketua Pengurus Daerah IAI DIY, Nunut Rubiyanto,S.Si., Apt., menyampaikan beberapa tantangan yang akan dihadapi profesi apoteker saat ini. Salah satunya evaluasi dua bulan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang memberikan hasil belum memuaskan. Hal ini menurutnya berdampak pada banyak hal, termasuk profesi apoteker. Oleh karena itu, apoteker harus tetap mampu menjaga kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan. SJSN, menurutnya menjadi tantangan berat karena harus menjangkau lebih dari 237 juta jiwa dalam waktu lima tahun. “Jerman membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menerapkan jaminan sosial yang baik, sementara Amerika dengan Obama Care hanya mampu menjangkau 7 juta warga,” ujarnya.
Tidak hanya itu, menurut Nunut, apoteker merupakan profesi milik publik. Artinya, apoteker memiliki tanggung jawab besar dalam pelayanan kesehatan. Ijazah, sertifikat kompetensi, dan surat tanda regsitrasi adalah bekal bagi apoteker untuk bisa berkontribusi memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Farmasi Nasional, Drs. Ahaditomo, M.S., Apt. mengungkapkan hal senada. Ahadi mengingatkan kembali, apoteker sudah didaftarkan dalam nomor register, yang artinya menjadi pelayan publik dan bekerja untuk kepentingan publik. Ia juga menambahkan, seorang apoteker juga harus bisa menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga medis lain.
Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt., menegaskan proses belajar bagi para apoteker tidak berhenti sampai pada saat diwisuda. “Belajar merupakan proses yang terus menerus, sehingga lulusan apoteker harus siap menerima segala informasi pembelajaran yang datang di dunia kerja nanti,” pesannya.
Dra. Hardiah Djuliani, M.Kes., Apt., yang mewakili kepala Dinas Kesehatan DIY mengungkapkan pentingnya persebaran merata tenaga medis di Indoensia. Ia berpesan, setelah lulus diharapkan wisudawan kembali ke daerah masing-masing, atau mengabdikan diri di daerah yang membutuhkan. [Humas UGM/Faisol]