Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi agar berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan itu disebut peluruhan dan inti atom yang tak-stabil disebut radionuklida, sedangkan materi yang mengandung radionuklida disebut radioaktif.
Demikian dikatakan Prof. Dr. Karyono, S.U. saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, Kamis (10/12). Di hadapan Majelis Guru Besar, Dekan FMIPA UGM periode 1993-1997 ini mengucap pidato ‘Keberadaan Gas Radioaktif Alam Radon, Toron, dan Aktinon di Bumi yang Harus Diwaspadai’. “Salah satu kegunaan dari zat radioaktif adalah untuk membangkitkan tenaga berupa tenaga nuklir,” jelasnya di Balai Senat UGM.
Karyono mengakui meskipun manfaatnya sangat luas, tidak dipungkiri bahwa tenaga nuklir memiliki potensi bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan dan keselamatan manusia. Dampaknya, antara lain, banyak penyakit muncul, seperti kanker kulit, leukimia, rusaknya jaringan otak, dan berbagai kerugian fisik lainnya.
Penelitian gas radioaktif radon di luar negeri banyak dikaitkan dengan penyakit kanker paru-paru. Radon merupakan karsinogen paling kuat di dalam rumah (the most potent carcinogen in your home). The National of Sciences and the Environmental Protection Agency (2003) memperkirakan di USA gas radon dalam rumah menyebabkan 21.100 kematian karena kanker paru-paru. “Untuk yang bukan perokok, gas radon menjadi penyebab kedua untuk kanker paru-paru. Lebih dari 171.000 penderita kanker paru-paru didiagnosis di USA setiap tahunnya,” ungkap pria kelahiran Sleman, 24 Oktober 1956 ini.
Dalam kesimpulannya, suami Dra. Tri Wahyuni dan ayah lima anak ini menyampaikan keberadaan gas radioaktif alami perlu diperhatikan meskipun konsentrasi gas-gas tersebut masih di bawah konsentrasi maksimum yang diizinkan oleh BAPETEN. Untuk mengurangi besar aktivitas gas radioaktif alam adalah membuat rumah dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang baik. (Humas UGM)