Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menegaskan pentingnya menghidupkan kembali ekonomi kerakyatan di Indonesia. Salah satunya dengan melibatkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian bangsa.
“Selama ini konsep pembangunan tidak melibatkan masyarakat terutama kelas bawah,” kata Pakdhe Karwo, sapaan akrabnya, Selasa (25/3) saat memberikan kuliah umum “Menghidupkan Ekonomi Kerakyatan di Jawa Timur” di Gedung MM UGM.
Dihadapan ratusan mahasiswa UGM, Soekarwo membagi pengalaman keberhasilannya dalam membangun Jawa Timur. Seperti diketahui dalam empat tahun terakhir Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi tersebut bahkan melebihi pertumbuhan perekonomian nasional.
Soekarwo berhasil menghidupkan perekonomian masyarakat Jawa Timur dengan mengusung empat program utama pembangunan. Program taktis strategis 2009-2014 tersebut adalah pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment.
“Untuk mewujudkan visi misi pembangunan yakni Jawa Timur makmur dan berakhlak serta makmur bersama wong cilik melalui APBD untuk rakyat dilakukan melalui program pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment,” jelasnya.
Implementasinya dilakukan dengan memberikan bantuan modal bagi masyarakat kelompok bawah, pinjaman lunak untuk koperasi dan UMKM, penyediaan lapangan kerja dan pendidikan. Selain itu juga penyediaan layanan kesehatan murah serta memberikan fasilitasi gathering untuk korporasi.
“Saya dan Wabup sudah buat kontrak untuk selalu menemui demonstran saat mereka menyuarakan aspirasinya. Para demonstran harus ditemui, jangan dihindari dan harus dilibatkan saat membuat kebijakan,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Soekarwo menyampaikan pihaknya tidak hanya mengandalkan ekspor ke luar negeri untuk meningkatkan perekonomian Jawa Timur. Langkah lain dilakukan dengan memberlakukan perdagangan dalam negeri.
“Kita juga lakukan perdagangan antarpulau, antarprovinsi yang memberikan kontribusi sebesar 346,021 triliun di tahun 2013. Lebih besar dibanding ekspor keluar negeri sebanyak 239,495 triliun,” katanya. (Humas UGM/Ika)