Memperingati perayaan Dies Natalis ke-60, UGM melaksanakan kegiatannbakti sosial ‘Operasi Katarak Gratis’ di rumah sakit Puri Husada, Rejodani, Ngaklik, Sleman, Minggu (13/12). Sedikitnya 305 pasien yang telah mendaftar menunggu antrian pemeriksaan untuk ikut operasi katarak. Mereka sebagian besar berasal dari DIY, dan beberapa wilayah di sekitar Jateng, Seperti Klaten,Solo,Magelang, Kebumen dan Gombong.
Ketua tim dokter operasi katarak, dr. J.B. Soebroto, mengatakan pihaknya menyiapkan 16 dokter dan 16 asisten dokter muda untuk melaksanakan operasi. Kendati begitu, jumlah tenaga medis tersebut diperkirakan hanya mampu menangani operasi 100 pasien terlebih dulu. Selanjutnya, mereka yang belum mendapat giliran akan dilakukan operasi pada 23 Desember mendatang di tempat yang sama. ”Ditargetkan seratus orang yang bisa operasi karena berdasarkan kapasitas peralatan dan tenaga dokter. Sisanya, tanggal 23 Desember. Mereka yang sudah daftar hari ini bisa operasi di hari itu,” kata staf pengajar Fakultas Kedokteran UGM ini.
Ditambahkan J.B. Soebroto, untuk memastikan kesiapan fisik dan psikologis pasien saat operasi, pihaknya melakukan pemeriksaan secara laboratorium untuk mendiagnosis kesehatan tubuh pasien. ”Tindakan operasi membutuhkan kondisi pasien dalam keadaan sehat secara mental dan fisik,” jelasnya.
Pelaksanaan operasi katarak gratis ini bertujuan untuk membantu meringankan biaya yang harus dikeluarkan pasien. Pada umumnya, untuk sekali operasi harus mengeluarkan biaya sekitar 4-5 juta rupiah. Meski demikian, kata Soebroto, pihaknya tidak menyeleksi para pasien yang datang mendaftar, apakah berasal dari keluarga mampu atau tidak. Mereka yang datang kebanyakan berumur di atas 60 tahun. ”Tidak ada seleksi. Umumnya pasien yang datang berasal dari menengah ke bawah. Bahkan, tadi ada satu pasien asing dari Belanda,” imbuhnya.
Diakui J.B. Soebroto, antusiasme masyarakat cukup besar dalam mengikuti operasi katarak yang digelar UGM ini. Pihaknya tidak menyangka jumlah pendaftar akan membludak hingga operasi tidak dapat dilakukan dalam satu hari.
Salah satu anggota keluarga pasien, Rodiah, asal Sedayu, Bantul, mengaku sedang menunggu ayahnya Ahmad Wiyadi (65) menjalani pemeriksaan. Ia pun berharap ayahnya dapat dioperasi hari itu juga. “Moga-moga dapat operasi sekarang,” kata Rodiah yang menceritakan sang ayah telah lama mengalami masalah dengan organ penglihatannya. Rodiah yang datang bersama saudara perempuan dan ibu kandungnya ini mengaku ayahnya hanya buruh tani biasa. Dengan adanya operasi gratis ini setidaknya dapat meringankan beban keluarganya.
Tampak hadir meninjau langsung pelaksanaan operasi, antara lain, Ketua Panitia Dies Natalis ke-60 UGM, Dr. Bambang Purwono. (Humas UGM/Gusti Grehenson)