Makna simbolis patung primitif Batak berhubungan dengan pandangan hidup masyarakatnya. Sebagai simbol presentasional atau penghadir, patung harus dipahami bukan sekedar patung untuk patung, tetapi terdapat makna yang lebih luas dan mendalam di balik patung itu sendiri. Patung primitif Batak merupakan bentuk virtual space atau gambaran dari mitos yang menyebar dalam kehidupan masyarakat.
“Ia sebagai living form dari ide-ide transenden menjadi imanen,†ujar Drs Daulat Saragi MHum.
Dosen Jurusan Seni Rupa FPBS Universitas Negeri Medan (UNIMED)menyampaikan hal itu saat melaksanakan ujian terbuka program doktor, hari Kamis (20/9) di ruang seminar Sekolah Pascasarjana UGM.
Patung merupakan simbol legitimasi kekuasaan, penempatan suatu jenis patung pada suatu wilayah jauh dari kampong, seperti diatas bukit atau di tengah hutan, disamping sebagai tujuan untuk menghormati roh leluhur, secara politis juga berfungsi sebagai klaim wilayah kekuasaan suatu huta (kampung). Mitos-mitos parabolis menjadi bumbu kehadiran patung, sehingga patung diyakini memiliki power legitimasi.
Menurut Daulat Saragi, patung primitif sebagai teori Sinoptik, kehadirannya dipercaya mampu memonitor kehidupan warga,memberikan informasi dan sekaligus menghukum orang-orang yang melanggar tertib kosmis. “Manusia tidak mampu lari dari kekuatan anima (jiwa) patung,ia selalu tunduk dalam kesadaran kosmis, tidak berdaya untuk menembus realitas di balik nilai-nilai patung primitif itu,†ujar pria kelahiran Pematang Siantar, 7 November 1964 ini.
Dalam desertasi “Dimensi Simbolis Patung Primitif Batak: kajian menurut Konsep Estetika Susanne Knauth Langerâ€, kata Daulat Saragi, estetika Langer membuka dan membentuk kerangka pemahaman filosofis seni patung primitif Batak. Ia sebagai simbol ekspresi dan bentuk hidup (living form).
“Senipatung ini,simbol ekspresi yang diciptakan bagi persepsi masyarakat pendukungnya. Seniman mengekspresikan perasaannya menangkap fenomena alam yang sulit untuk diungkapkan. Bentuk ekspresi inilah disebut karya seni yang merupakan proyeksi dari gejolak perasaan,†lanjut Saragi.
Keindahan seni primitif Batak, lebih lanjut kata Saragi tidak diarahkan pada penggambaran semestinya tetapi pada keindahan yang ada di baliknya. Yang utama, pembuatan patung bukanlah menuntut persamaan bentuk kasat mata dengan apa yang ditirunya, lebih dari itu untuk menemukan hakikat dari makna patung itu sendiri. Patung primitif Batak tidak ada yang memiliki bahan mendekati detail manusia atau binatang, tetapi dihadirkan dalam detail “manaâ€/kuasa symbol patung itu sendiri.
“Patung primitif dianggap benda keramat yang memiliki keunggulan alamiah dibandingkan benda-benda lainnya. Keunggulannya dalam kemuliaan, keluhuran dan kekuatan yang secara khusus hubungannya dengan manusia,†tandas suami Dra Melva Hutagaol, ayah dua putra yang dinyatakan lulus dengan menyandang predikat sangat memuaskan. (Humas UGM)