Masyarakat Desa Kulwaru Wetan, Kulon Progo meluncurkan produk pupuk kompos organik hasil olahan limbah kotoran ternak sapi. Bersama dengan mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam International Association of Students in Agricultural and Related Sciences, Local Committee Universitas Gadjah Mada (IAAS LC UGM), masyarakat Desa Kulwaru memanfaatkan dan mengubah kotoran sapi tersebut untuk produk bermanfaat bagi pertanian organik.
Trisnanto Rahardjo, praktisi pertanian yang turut mendampingi IAAS LC UGM mengungkapkan pupuk kompos organik dibuat karena melimpahnya limbah kotoran sapi di Desa Kulwaru Wetan, Kulon Progo. Dengan melimpahnya limbah tersebut, masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan agar Desa Kulwaru mampu menuju desa pertanian organik.
“Jumlah kotoran sapi yang melimpah ini tentu bisa dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan pertanian organik. Kita mengajak warga bergiat dan mengintegrasikan semua kegiatan pertanian dengan memanfaatkan limbah tanaman untuk pakan ternak sapi dan sebaliknya,” ungkap Trisnanto, di kampus UGM, Rabu (16/4) menjelaskan.
IAAS LC UGM dalam kegiatan ini mengadakan penyuluhan dan praktik langsung pembuatan pupuk organik memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi. Selain itu, warga Desa Kulwaru Wetan mendapat pengetahuan dan mempraktikkan langsung cara pembuatan pupuk cair organik dari urin sapi. “Harga pupuk cair yang mahal menjadi latar belakang ide untuk membuat pupuk organik cair sendiri agar bisa memenuhi kebutuhan para petani di Kulwaru. Bahkan IAAS LC UGM bersama masyarakat Desa Kulwaru berencana membuat program untuk pemasaran pupuk kompos organik dan pupuk organik cair tersebut ke pasaran,” tambah Trisnanto.
Kegiatan Pembuatan Pupuk Organik Cair Masyarakat Desa Kulwaru bersama IAAS LC UGM berlangsung pada hari Sabtu (12/4). Kegiatan dimulai dengan mempraktekkan langsung pembuatan pupuk organik cair dengan mengkombinasikan urine sapi, lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, tetes tebu dan bakteri Saccharomyces cerevisiae. Setelah melalu proses fermentasi selama dua minggu, maka pupuk kompos organik siap dimanfaatkan untuk masyarakat Desa Kulwaru Wetan.
“Pembuatan pupuk organik antara mahasiswa UGM dan masyarakat Desa Kulwaru, ini membuktikan kerjasama dengan dunia pendidikan bisa diaplikasikan secara langsung di masyarakat dengan menciptakan produk pupuk organik yang berkualitas”, ungkap Imam Hudoyo, Kepala Desa Kulwaru.
Travelia Febrin, sebagai Local Committee Director IAAS LC UGM berharap pembuatan pupuk kompos organik hasil olahan limbah kotoran ternak sapi dapat dimanfaatkan masyarakat petani khususnya warga Kulwaru Wetan, Kulon Progo. Pembuatan pupuk diharapkan tidak hanya sesaat, namun berkesinambungan sehingga mampu menjadikan Desa Kulwaru sebagai desa percontohan pertanian organik di Daerah Istimewa Yogyakarta. (Humas UGM/ Agung)