![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/04/1704141397718815456510233-767x510.jpg)
YOGYAKRATA – Direktur European Network Against Racism (ENAR), Dr. Michael Privot, mengungkapkan adanya peningkatan kasus diskriminasi, intoleransi, dan rasisme terhadap masyarakat muslim Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Selain muslim, ada empat kelompok yang mengalami diskriminasi intoleransi dan rasisme di Eropa. “Masyarakat Roma, Yahudi, keturunan Afrika, dan imigran pada umumnya,” kata privot Kuliah Umum bertajuk “Managing Religious and Cultural Diversity in European Union: Lesson Learned for Indonesia” di UGM belum lama ini.
Dia menambahkan, diskriminasi yang diterima kelompok minoritas ini dalam hal mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, perumahan dan perlindungan
Senada dengan Privot, pegiat Collective Against Islamophobia in France (CCIF), Dr. Marouane Muhammad, membeberkan hal serupa. Marouane mengatakan, jika selama ini orang lain melihat Eropa sebagai negara yang nyaman, tentram, dan menjunjung tinggi kebebasan, dalam banyak kasus justru sebaliknya. Ia menyebut beberapa kasus intoleransi dan diskriminasi yang dialami kaum minoritas, dalam hal ini muslim di berbagai negara. “Bahkan kita menjumpai kasus dimana seorang wanita diserang hanya karena memakai jilbab,” terangnya.
Dalam menangani kasus diskriminasi, menurut Marouane menyebutkan beberapa langkah yang dilakukan oleh organisasinya dengan melakukan advokasi perlindungan hukum terhadap korban perbedaan agama dan keyakinan.
Dalam kesempatan yang sama, H.E. Arif Havas Oegroseno, Duta Besar RI untuk Uni Eropa menuturkan Uni Eropa memiliki kebijakan khusus dalam mengatur multikulturalisme dan pluralisme. Upaya mewujudkan masyarakat yang toleran terhadap perbedaan terus diupayakan pemerintah Uni Eropa. [Humas UGM/Faisol]