YOGYAKARTA – Pengamat Ilmu Pemerintahan sekaligus Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menegaskan dalam sistem presidensil yang dianut konstitusi RI, seorang presiden memiliki otoritas penuh dalam membuat keputusan dan kebijakan bidang pembangunan nasional apalagi sudah tidak ada rumusan konsep pembanguman semacam GBHN yang dulu pernah ada.
Pratikno mengingatkan agar masyarakat benar-benar menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon presiden pada pilpres yang berlangsung pada bulan Juli mendatang. “Masyarakat harus memanfaatkan momentum ini karena demokrasi memberi ruang yang besar bagi keberlangsung bangsa ini. Kalo tidak dimanfaatkan maka kita akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut,” kata Pratikno di acara wisuda program pascasarjana di Graha Sabha Pramana, Kamis (25/4).
Bagi Pratikno, Presiden RI mendatang dan tentunya menjadi pilihan rakyat diharapkan memiliki moralitas yang tinggi, sikap keteladanan dan kesederhanaan serta komitmennya terhadap perbaikan nasib bangsa. “Kepemimpinan dan terobosan kebijakan yang dimiliki presiden tentu memiliki implikasi serius bagi masyarakat nantinya,” katanya.
Kendati begitu, imbuhya, siapa pun yang terpilih menjadi Presiden menghadapi tantangan yang tidak mudah. Meski pertumbuhan ekonomi RI mencapai angka 6 persen pertahun namun dinilai Pratikno masih rentan terhadap ancaman krisis ekonomi global. “Pertumbuhan ekonomi kita masih ditopang oleh produk primer, apalagi masih berbasis sumber daya alam,” katanya.
Selain itu, ketimpangan ekonomi antara kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas dengan masyarakat miskin bukan makin menurun justru makin bertambah, “Tiap tahun ketimpangan ekonomi kita naik sekitar 0,1% hingga 0,14%. Artinya bahwa secara internal, kita punya masalah sangat serius. Kehidupan masyarakat sangat timpang, ditambah harga barang kebutuhan juga sangat timpang antar pulau,” katanya.
Persoalan konektivitas logistik lewat pembangunan dan perbaikan infratruktur seharusnya menjadi perhatian serius presiden mendatang. “Konektivitas masih sangat lemah. Kita butuh pemimpin yang kuat dan punya komitmen pada kemajuan Indonesia, memenangkan Indonesia di persaingan global termasuk di rumahnya sendiri,” katanya.
Luluskan 1.074 Pascasarjana
Periode Wisuda kali ini, UGM kembali meluluskan 1.074 lulusan pascasarjana, terdiri 958 Master, 80 Spesialis, dan 36 Doktor. Direktur Akademik UGM, Dr. Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih, melaporkan lama studi rata-rata jenjang S2 adalah 2 tahun 9 bulan, jenjang Spesialis 4 tahun 2 bulan, dan jenjang S3 4 tahun 8 bulan.
Masa studi tersingkat diraih Al Jalali Muhammad, dari prodi Fisika, Fakultas MIPA, yang lulus dalam waktu 1 tahun 4 bulan. Sementara untuk jenjang Spesialis, studi tersingkat diraih oleh Ricky Ferdian Raja dari prodi Ilmu Konservasi Gigi, FKG, yang lulus 2 tahun 4 bulan. Sedangkan jenjang doktor diraih Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani dari prodi Ilmu Kedokteran yang lulus dalam waktu 2 tahun 5 bulan.
Lulusan S2 termuda diraih Cindy Novaria Nada Karina dari Prodi Teknik Sipil yang lulus dalam usia 22 tahun 4 bulan 10 hari. Lulusan spesialis termuda diraih Ricky Ferdian Raja dari prodi Ilmu Konservasi Gigi, FKG dalam usia 26 tahun. Lalu untuk jenjang doktor, lulusan termuda diraih Erwan Wahyudi yang lulus dalam usia 35 tahun. (Humas UGM/Gusti Grehenson)