Dalam pasar saham, fakta menunjukkan terdapat kecenderungan kuat investor berperilaku menjual lebih dini saham winner serta menahan lebih lama saham loser. Kecenderungan ini merupakan bentuk bias psikologis para investor di pasar modal. Fenomena unik ini dikenal sebagai disposition error (effect). Meski para penasehat keuangan telah memberikan saran bagi investor untuk terus menahan saham winner (saham berkinerja superior) dan tidak menahan terlalu lama saham loser (saham yang merugi).
Menurut Perminas Pangeran, fenomena ini tentu saja berkonsekuensi pada keuangan, yaitu merugikan kekayaan para investor. Kerugian terjadi, karena saham winner yang mereka jual ternyata cenderung terus berkinerja baik, sementara saham loser yang ditahan ternyata berkinerja memburuk.
“Bias psikologis ini terjadi secara sistimatis dan berulang-ulang di pasar modal,†ujar dosen tamu program pascasarjana (s2) prodi psikologi UGM tahun 2006 ini.
Perminas Pangeran SE MSi menyatakan hal itu saat melangsungkan ujian terbuka program doktor, hari Jum’at (21/9) di Sekolah Pascasarjana UGM. Promovendus mempertahankan desertasi “Anteseden dan Konsekuensi Emosi Penyesalan Pada Disposition Error Investor Dalam Keputusan Investasi†dengan bertindak selaku promoter Prof Dr Marwan Asri MBA dan ko-promotor Prof Dr Jogiyanto MBA serta Dr Faturochman MA.
Diawal-awal bukti empiris memperlihatkan fenomena disposition error banyak ditemukan di pasar modal yang canggih. Tidak saja bagi investor individual, namun juga investor profesional. Meski begitu, fenomena disposition error kini ditemukan pula di pasar modal yang sedang berkembang, seperti di Indonesia. Sementara temuan empiris lainnya mengindikasikan proporsi jumlah investor yang naïf di pasar modal Indonesia relatif besar.
Hasil penelitian Perminas Pangeran menunjukkan dugaan adanya perilaku disposition error investor terbukti, baik pada studi eksperimen maupun studi kasus di Indonesia. Pengalaman dan pengantisipasian emosi penyesalan berkonsekuensi pada disposition error investor. Pernyataan ini didukung adanya interaksi yang signifikan akibat tipe tindakan, preferensi risiko dan sistim pemrosesan informasi pada tingkat disposition error investor.
Tingkat disposition error investor lebih tinggi pada tingkat kondisi sistim eksperiensial daripada sistim rasional. Hal ini terjadi karena dalam sistem eksperiensial investor mempersepsikan risiko sebagai perasaan. Emosi penyesalan lebih besar peranannya dalam membentuk tingginya tingkat disposition error investor pada saat sistim eksperiensial.
“Dengan kata lain, peran emosi pada kondisi sistim eksperiensial lebih dominan daripada peran pertimbangan rasional dalam pembentukan tingginya tingkat disposition error investor,†tambah Perminas, pria kelahiran Bulungan 26 Juni 1967 ini.
Penggunaan sistem ini, kata Perminas, mengurangi kemampuan investor berpikir secara rasional. Akibatnya sistem eksperiensial meningkatkan terjadinya tingkat disposition error investor.
“Dipihak lain, dalam kondisi sistem rasional, pertimbangan rasional menurunkan tingkat disposition error investor. Namun demikian, dalam sistem rasional tingkat disposition error tidak tereduksi sepenuhnya. Hal ini terjadi karena peran emosi tetap membentuk tingkat disposition error investor, namun peran emosi lebih kecil dibandingkan peran pertimbangan rasional investor,†lanjut Perminas, yang dinyatakan lulus doktor bidang ilmu manajemen UGM dengan predikat cum laude. (Humas UGM).