Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Indonesia masih cukup tinggi. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan rasio kematian maternal mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu salah satunya ditengarai karena keterbatasan sarana pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (poned) maupun pelayanan obstetric neonatal emergensi komperehensif. Dengan kata lain, kualitas pelayanan kesehatan yang belum memadai baik tenaga medis, peralatan, dan transportasi akan memperbesar risiko kematian ibu.
Ketua Stikes Fort De Kock Bukittinggi, Sumatera Barat, Evi Hasnita, S.Pd., M.Kes., mengatakan meskipun akses pelayanan kesehatan masyarakat mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, namun hal tersebut tidak diikuti dengan penurunan angka kematian ibu. Misalnya saja di provinsi Sumatera Barat telah ada peningkatan jumlah tenaga kesehatan, kunjungan antenatal ibu hamil, dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, tetapi tidak disertai penurunan angka kematian ibu.
“Pada tahun 2011 AKI di Sumatera Barat meningkat dari 209 per 100.000 menjadi 212 per 1.000.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu masih tinggi dan bervariasi antarrumah sakit. Variasi kematian ibu tersebut kemungkinan karena perbedaan manajemen tingkat pelayanan,” jelasnya saat mempertahankan disertasi berjudul Kematian Ibu di Sumatera Barat: Kajian Kualitas Pelayanan Kebidanan di rumah Sakit saat ujian terbuka program doktor, Selasa (29/4) di Fakultas Kedokteran UGM.
Evi menyebutkan peningkatan jumlah tenaga kesehatan di Sumatera Barat belum diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dengan begitu angka kematian ibu melahirkan masih tetap tinggi karena rendahnya kualitas pelayanan kebidanan.
Dari penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di Sumatera Barat diketahui bahwa organisasi lingkungan kerja tenaga kesehatan yang membantu persalinan yakni bidan sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kebidanan. Lingkungan kerja yang mendukung bidan akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan sehingga bisa menurunkan angka kematian ibu.
“Untuk meningkatkan pelayanan kebidanan diperlukan sistem manajemen yang baik dilihat dari peran pimpinan untuk meningkatkan kinerja bidan baik dari segi komunikasi, lingkungan kerja yang kondusif, maupun budaya organisasi yang bisa meningkatkan kualitas kerja tim kesehatan,” paparnya.
Dukungan material yang memadahi, ditambahkan Evi, juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan. Selain itu juga ditambah dengan dukungan kelengkapan infrastrukur pelayanan.
“Kualitas pelayanan kebidanan yang sesuai standar yaitu pelayanan mandiri, kolaborasi, rujukan, dan berkelanjutan mempercepat penurunan angka kematian ibu melahirkan,” jelasnya. (Humas UGM/Ika)