![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/0205141399005207518118523-765x510.jpg)
Pemberian penghargaan kepada puluhan mahasiswa UGM berprestasi mewarnai upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2014, dihalaman Balairung UGM, Jum’at (2/5). Dipimpin Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset, Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE, upacara Hari Peringatan Pendidikan Nasional diikuti unsur pimpinan universitas dan fakultas, tenaga pendidik, dan kependidikan serta mahasiswa.
“Tema yang dipilih pada peringatan Hardiknas tahun 2014, ini yakni ‘Pendidikan untuk Peradaban Indonesia yang Unggul’. Tema ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya untuk menyelesaikan atau menjawab persoalan-persoalan yang sifatnya sangat teknis dan bersifat kekinian semata, melainkan lebih dari itu bahwa pendidikan pada hakikatnya sebagai upaya memanusiakan manusia untuk peradaban unggul,” ungkap Budi Santoso Wignyosukarto saat membacakan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Dikatakannya, dalam dunia pendidikan terdapat dua hal mendasar. Pertama, terkait dengan akses untuk mendapatkan layanan pendidikan yang mana akses tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan dan keterjangkauan. Beberapa kebijakan dan program seperti BOS untuk pendidikan dasar dan menengah; Bantuan Siswa Miskin; pengiriman guru untuk daerah terpencil, terdepan, dan tertinggal melalui SM3T; Bantuan Operasional untuk Pergruan Tinggi Negeri (BOPTN); pendirian perguruan tinggi negeri baru dan sekolah berasrama; merupakan sebagian dari upaya untuk meningkatkan akses secara inklusif dan berkeadilan.
“Alhamdullilah, kebijakan tersebut telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hasil itu ditandai antara lain dengan kenaikan Angka Partisipasi Kasar (APK) yang cukup tinggi dan lebih inklusif terutama di tingkat SMP/MTs, SMA/A/K, dan Perguruan Tinggi,” ujarnya.
Kedua, kata Budi, terkait dengan kualitas yang dalam hal ini dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu ketersediaan dan kualitas guru, kurikulum, dan sarana prasarana. Beberapa kebijakan dan program yang telah ditetapkan antara lain pendidikan dan pelatihan guru berkelanjutan, penerapan Kurikulum 2013 dan rehabilitasi sekolah rusak, baik rusak berat, sedang, maupun rusak ringan.
Melalui penerapan kurikulum 2013 secara bertahap dan menyeluruh, tahun ajaran 2014/2015 menjadi momentum untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalitas guru, kepala sekolah, dan pengawas. Selain itu melalui penerapan kurikulum 2013 bisa sebagai momentum untuk melakukan penataan sistem perbukuan pelajaran. Harapannya dalam Hardiknas 2014, semua guru dan pemangku kepentingan lainnya secara bersama mensukseskan implementasi Kurikulum 2013.
“Insya Allah, melalui Kurikulum 2013, anak-anak menjadi memiliki kompetensi secara utuh yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Itu semua dilakukan dalam rangka mempersiapkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, mampu berpikir orde tinggi, berkarakter, serta cinta dan bangga menjadi warga bangsa Indonesia,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)