YOGYAKARTA – Sebanyak 1.332 anggota paduan suara meramaikan Aubade 1000 dari Jogja untuk Indonesia, Minggu (4/5), di Grha Sabha Pramana UGM. Acara ini digelar dalam rangkaian agenda Pekan Pancasila yang diadakan oleh Pusat Studi Pancasila UGM bekerjasama dengan Paduan Suara Gelora Bahana Patria. Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Pembina Paduan Suara Gelora Bahan Patria, Jenderal TNI Purn. Tyasno Sudarto dan Ketua MPR RI, Drs.Sidarto Danusubroto, S.H.
Aubade 1000 melibatkan berbagai kelompok paduan suara dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi serta umum. Tercatat, tim paduan suara yang ikut berpartisipasi diantaranya SD Keputran, SD Marsudirini, SD Wonosari, SMP Wates, SMP Muhammadiyah 9, SMP 1 Yogyakarta, SMP 8 Yogyakarta, SMA 3 Yogyakarta, SMA 1 Bantul, SMA Santa Maria, dan SMA Sang Timur. Sedangkan dari tingkat perguruan tinggi diikuti paduan suara UGM, UII, UST, UMY, dan AKPRIND. Sementara sisanya dari umum berasal dari paduan suara PKK Bumijo, paduan suara Gelora Bahana Patria, paduan suara RS Bethesda, paduan suara Sawo Kembar, dan paduan suara RS Sardjito.
Aubade kali ini membawakan enam lagu nasional, yakni “Nyiur Hijau”, “Pangeran Diponegoro”, “Indonesia Tetap Merdeka”, “Yogya Kembali”, “Maju Tak Gentar”, dan “Indonesia Jaya”. Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan solois soprano Prof. Dr. Siti Chairani Proehoeman. Penyanyi opera profesional lulusan Conservatorio Music di Santa Cecilia, Roma yang menyanyikan lagu “Nyiur Hijau”.
Ketua MPR RI, Drs. H. Sidarto Danusubroto, S.H. dalam orasinya menegaskan Pancasila harus dipahami sebagai satu-satunya pedoman utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Kita ikut bertanggung jawab melakukan responsi atas keprihatinan banyak orang nilai-nilai Pancasila yang dilupakan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Sidarto mengungkapkan bahwa realitas itu menjadi tanggung jawab bersama untuk menemukan formulasi dalam mengajarkan dan menyebarkan moralitas Pancasila. “Kita secara bersama wajib meluaskan nilai Pancasila, terutama pada pelajar, mahasiswa, maupun penyelenggara negara” terangnya. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, menurut Sidarto, yang harus lebih ditekankan adalah sisi impresi, tanpa melupakan sisi presisi kesejarahan Pancasila.
Sementara Tyasno Sudarto berharap, generasi muda saat ini bisa kembali menggemari lagu-lagu nasional dan lagu perjuangan. Dirinya membayangkan, apabila lagu-lagu perjuangan kembali diputar saat jam istirahat sekolah dan di kantor-kantor, maka semangat nasionalisme akan kembali menggelora. “Pasti semangat kebangsaan menggelora,” ujarnya. (Humas UGM/Faisol)