“Negara ini mereka jadikan PT, Pak. Direksinya ya, Presiden, Wakilnya Menteri-menteri. Rakyat itu cuma target market, Pak. Objek proyek mereka,..”
Demikian salah satu petikan dari novel 0 Kilometer yang ditulis R. Toto Sugiharto, Alumnus Fakultas Ilmu Budaya UGM. Kehadiran novel ini makin melengkapi khazanah sastra Indonesia yang secara spesifik juga mengungkap korupsi.
Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM Dr. Aprinus Salam, M.Hum mengungkapkan tema korupsi sebenarnya sudah umum dalam sastra. Namun untuk kategori novel politik, novel ini berbeda dengan novel karya pengarang lainnya terutama pada teknik pengisahan. “Sebagai karya sastra, sebenarnya setiap novel sudah bernilai politis, begitu juga novel ini,” kata Dr. Aprinus Salam, M.Hum, saat memberikan apresiasi pada “Diskusi Novel Politik 0 Kilometer karya R Toto Sugiharto” belum lama ini di UC UGM Yogyakarta.
Yang menarik, kata Aprinus, Toto menggunakan tokoh utama, Jiwo, yang berhasil menggunakan identitas palsu untuk menyerang para koruptor. “Dengan identitas palsu, seseorang juga bisa bikin alibi. Toh, bukan dia yang berbuat (korupsi),” kata Aprinus
Dikatakan Aprinus, penulis novel biasanya mengisahkan persoalan korupsi dari berbagai sudut pandang. “Novel ini secara teknis membicarakan korupsi dari luar. Cerita di sini bukan sekadar korupsi,” kata Aprinus.
Anggota Ombudsman RI, Budi Santoso, menilai novel karya Toto ini mengangkat persoalan penegakan hukum kasus korupsi. Lewat karya sastra, ujarnya, Toto mendorong kesadaran hukum masyarakat. “Kehadiran novel ini patut disambut. Diapresiasi. Karena, sekecil apa pun, ia menjadi bagian dari membangun kesadaran masyarakat pada sikap antikorupsi,” ungkapnya.
Sang penulis, Toto Sugiharto mengatakan dengan menulis novel, dirinya ingin mengambil peran untuk turut sumbang saran dalam menyikapi fenomena maraknya perilaku korupsi. “Melalui cerita fiksi, saya yakin dan percaya ada peluang untuk menggelorakan semangat bersama menghindari kebobrokan negeri karena korupsi,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)