Dewan Pendidikan DIY, Prof. EM. Dr. Wuryadi, MS mengkritik pemberlakuan kurikulum 2013 yang dinilainya sangat sentralistik. Seolah-olah apa-apa yang terjadi di Jakarta, juga harus terjadi di Papua hingga ujung selatan Bantul.
“Saya mengkritik, sebab yang modern yang saya kenal di Australia pun kurikulum itu bisa berubah, bisa tiap bulan, mungkin tiap semester, tapi tidak keseluruhannya dan perubahan hanya pada bagian-bagian tertentu dengan mengevaluasi hal-hal yang tidak cocok lagi dengan situasi,” ujarnya di Balai Senat UGM, Selasa (6/5) saat menjadi pembicara Kongres Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan II bertema “Tantangan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Kebudayaan Pancasila dan Jiwa Bhinneka Tunggal Ika dalam Sistem Pendidikan Nasional”.
Kurikulum 2013, dinilai Wuryadi, terlalu banyak memberikan beban administrasi pada guru. Dengan demikian, pekerjaan deskriptif yang menjadi salah satu tugas administrasi menjadikan guru sedikit memiliki kesempatan mengajar murid-muridnya.
“Karena sibuk dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan, sekian banyak tugas dan harus mengajar dalam waktu 24 jam perminggu. Itu bagi kita normal, namun berlebihan dan maka itu tidak akan sempat mendidik dengan knowledge base education, itulah yang terjadi sekarang ini,” tuturnya.
Karena itu, katanya, perubahan kurikulum tidak harus selalu mengacu pada siklus setahun, tiga tahun, atau sepuluh tahun. Namun bisa dilakukan setiap bulan, setiap semester dengan melihat konteks situasi dan kebutuhan.
“Waktu dimana mulai dituntut dan perubahan-perubahan kurikulum seperti itu disebut devolusi dan itu hak setiap wilayah, guru setiap satuan pendidikan. Saya saat berada di South of Australia University, di Adelaide juga sedang terjadi rame-rame mengubah silabus mata kuliah yang sudah diterapkan kurikulumnya beberapa tahun sebelumnya. Diubah, karena ada knowledge base education, knowledge base curiculum development yang menuntut untuk melihat development dari knowledge dunia, teknologinya bagaimana dan sebagainya, maka setiap mata kuliah wajib pun ikut berubah,” paparnya. (Humas UGM/ Agung)