• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Hak-hak Sipil Masyarakat Papua Harus Ditegakkan

Hak-hak Sipil Masyarakat Papua Harus Ditegakkan

  • 01 Oktober 2007, 14:13 WIB
  • Oleh: Humas UGM
  • 2961

Yogya, KU

Sekitar 200 mahasiswa dan warga Papua di Yogya menggelar demonstrasi di Bunderan Kampus UGM. Mereka menilai kasus keracunan yang menelan 400 orang warga asli papua merupakan upaya sistematis dari pihak militer sebagai bentuk kepanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk menurunkan jumlah populasi masyarakat asli Papua.

“Mereka tewas setelah mengkonsumsi mie instant, kue, biskuit hingga rokok ,” ungkap Yos Sudeva selaku pimpinan demonstrasi kepada wartawan, Senin (1/10) di Bunderan UGM.

Menurut Yos Sudeva, warga asli Papua kini berjumlah 1,2 juta orang. Jumlah ini tidak bertambah, dan justru cenderung menurun setiap tahunnya. Sementara warga pendatang terus meningkat, hingga mencapai 1,3 juta di tahun 2007. Di sisi lain, pemerintah pusat menempatkan 700 ribu personel tentara di pulau ini.

“Ini apa sebenarnya, ini atas kepentingan apa? sehingga kami mau dimusnahkan dan mau dibunuh seperti ini,” lanjut Yos.

Sementara, sosiolog UGM Dr Lambang Triono ketika dihubungi secara terpisah mengungkapkan bahwa kekhawatiran yang dimunculkan oleh para mahasiswa dan masyarakat Papua merupakan hal yang wajar, berkaitan perasaan termarginalisasikan masyarakat asli Papua yang dilakukan oleh pemerintah pusat selama ini.

“Menurut saya ini merupakan kekhawatiran yang wajar, proses peminggiran penduduk papua sehingga mereka merasa tidak berkembang lebih maju,” kata Lambang yang pernah melakukan penelitian sosial di Papaua beberapa waktu lalu.

Lambang menambahkan, perasaan termarginalisasi inilah yang direkonstruksi menjadikan isu-isu tetentu semakin kuat sehingga dimunculkan dalam bentuk protes yang mereka lakukan saat ini.

“Jadi perasaan itu muncul dan beranjak dari realitas sosial yang ada di sana (Papua),” katanya.

Lambang Triyono pun menceritakan hasil pengamatannya selama meneliti di Papua. Bahkan dirinya melihat langsung keadaan penduduk asli papua di kota Jayapura.

“Apa ada orang Papua yang bekerja di toko-toko atau di supermarket?, semua yang bekerja diambil dari orang luar Papua, sehingga mereka merasa eksistensinya sebagai orang Papua terasa terpinggirkan dan berada di sektor-sektor marginal, dan itu fakta,” jelas Lambang.

Upaya yang mesti dilakukan pemerintah pusat untuk mereduksi segala kekhawatiran belebihan ini, kata Lambang dengan cara menjalankan otonomi khusus yang sebenarnya.

“Karena mandat dari otonomi khusus ini yakni memperbaiki dan memberdayakan masayarakat asli Papua. Selain itu, hak orang Papua harus ditegakkan. Hak-hak sipil lebih dijamin oleh kebijakan yang ada. Diharapkan nantinya kelompok masayarakat dapat ditingkatkan kemampuan skill, kapasitas, dan kesejahtaraan mereka,” ujarnya.

Lambang Triyono meminta pemerintah belajar dari kasus serupa di Amerika Serikat sebelum tahun 60-an, dimana terjadi gejolak di kalangan warga keturunan negro di Amerika, dan pemerintah mampu membangkitkan warga keturunan negro dan menghapus perasaan terpinggirkan di kalangan mereka. Dengan sendirinya, kelompok masyarakat ini bangkit untuk bersama kelompok masyarakat lainnya, hidup berdampingan lebih baik, tanpa konflik dengan pemerintah pusat. (Humas UGM)

Berita Terkait

  • Papua Perlu Mengurangi Ketergantungan Terhadap Sektor Pertambangan

    Wednesday,14 March 2018 - 14:42
  • Gugus Tugas Papua UGM Sampaikan Rekomendasi Sikapi Eskalasi Kekerasan di Papua

    Tuesday,08 June 2021 - 11:25
  • Rektor UGM Ajak Alumni Bersinergi Membangun Bangsa

    Saturday,03 February 2018 - 12:51
  • 6 Persen Mahasiswa Asal Papua Kuliah di PTN

    Monday,02 June 2014 - 14:54
  • UGM Menyapa Alumni di Papua Barat

    Saturday,03 February 2018 - 5:23

Rilis Berita

  • Tim Calon Pemborong Juara 3 National Tender Competition The 20th CENS Universitas Indonesia 2022 29 March 2023
    Tim Calon Pemborong yang digawangi tiga mahasiswa UGM berhasil meraih juara 3 National Tender Com
    Agung
  • Pengamat Sosial UGM: Validasi DTKS Perlu Dilakukan Agar Penyaluran Bansos Tepat Sasaran 29 March 2023
    Pemerintah akan menyalurkan sejumlah bantuan sosial (bansos) bagi warga kurang mampu di bulan ram
    Ika
  • UGM Bangun Kolaborasi Riset Internasional 29 March 2023
    Beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti UGM, UI, ITB, IPB, ITS dan Universitas Airlangga t
    Gusti
  • Pengamat UGM: Penting, Energi Murah dan Topang Ekonomi Berkelanjutan 29 March 2023
    Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Presiden Joko Wid
    Agung
  • UGM Rintis Pembentukan Unit Layanan Disabilitas 29 March 2023
    UGM merintis pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD) untuk memberikan layanan dan fasilitasi b
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual