Yogya, KU
Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana akan mengirim empat orang dosen dan dua orang mahasiswa ke Bengkulu dan Sumatera Barat dalam rangka mengindentifikasi dan membantu kapasitas Universitas Bengkulu (UNIB) dan Universitas Andalas (Unand) dalam upaya melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi.
“Kita melihat, seharusnya yang berperan dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi adalah Universitas setempat, UGM sendiri tidak akan membuat posko sendiri, tapi ingin memperkuat kapasitas dan kapabilitas UNIB dan Unand, dalam waktu dekat UGM juga akan mengirim beberapa ahli yang akan terlibat dalam tim verifikasi nasional,†ungkap Prof Dr Ir. Danang Parikesit, M.Sc, selaku anggota Tim Teknis Nasional Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Gempa Bumi, kepada wartawan, Rabu sore (3/10) di kampus UGM.
Selain itu, tambah Danang, UGM juga mengirim relawan mahasiswa KKN PPM UGM sekitar 47 orang ke Bengkulu bekerjasama dengan Universitas Bengkulu.
Menurut Danang, hasil temuan dari tim advance yang sudah dikirimkan UGM ke Padang dan Bengkulu ada dua tugas pokok yang harus segera dilakukan yakni, pertama melakukan penanganan trauma, terutama bagi anak-anak.
“Kebetulan dari Depdiknas ada kegiatan riset dan modul yang berasal dari UGM tentang penanganan trauma sehingg bisa diaplikasikan di Bengkulu dan Sumbar,†ujar ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UGM ini.
Tugas yang kedua, lanjut danang, yakni melakukan assessment rumah yang rusak. Kebutuhan terhadap assessment rumah ini menurut danang masih cukup tinggi, sehingga UGM akan mengirim para ahli untuk melatih rekan-rekan dari Universitas Bengkulu melakukan assessment terhadap rumah yang rusak, baik kategori rusak berat, sedang dan ringan.
“Rumah yang hancur di Bengkulu juga seperti yang pernah terjadi di Jogja, karena pengetahuan masyarakat di sana mungkin lebih banyak sehingga jumlah korbannya jauh lebih sedikit,†imbuh Danang.
Danang menambahkan, ada perbedaan fisik dan kultur antara masyarakat Jogja dan Bengkulu, “Kalo struktur bangunan rumah di sumatera jelas berbeda berbeda dengan Jogja, namun dalam penilaian tingkat kerusakan masih tetap sama,†katanya.
Sedangkan dari kultur masayrakat menurut hasil dari survei tim advance, hal yang paling menonjol adalah tingkat kegotongroyongan masyarakatnya sangat berbeda jauh dengan di Jogja.
Ketika ditanya adakah factor kemungkinan yang bisa memperlambat upaya recovery di Bengkulu, menurut Danang adalah proses Pembentukan Pokmas (kelompok masyarakat).
“Paling pokok adalah waktu yang diperlukan dalam pembentukan kelompok masyarakat (pokmas) sama seperti di sini (Yogya), pembentukan Pokmas ini belum bisa dilakukan saat ini karena situasi masih dalam keadaan tanggap darurat,†katanya.
Kata Danang, merunut dari intruksi wapres Jusuf Kalla bahwa situasi tanggap darurat di bengkulu dan Padang akan berlangsung terus hinggg akhir lebaran, jadi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi mulai dilakukan pada awal November.
Sedangkan besarnya dana akan dikucurkan pemerintah lewat Bakornas, kata Danang, berkisar 1,2 triliun.
“Bakornas sendiri sudah mencadangakan dananya, jumlah total anggarannya sekitar 1/5 dari dana saat bencana di Jogja. Jika di Jogja menghabiskan dana 5,4 triliun maka di bengkulu 1,2 triliun,†tutur Danang.
Sementara waktu yang diperlukan dalam upaya melakukan recovery ini, terang Danang, sekitar 2 tahun, sama seperti yang pernah dilakukan di Yogyakarta. (Humas UGM)