• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra

Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra

  • 19 May 2014, 12:27 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 5916
Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra
Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra
Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra
Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra
Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra
Swasembada Daging Terkendala Penyakit Surra

YOGYAKARTA - Swasembada daging sapi sudah lama didambakan oleh masyarakat agar ketergantungan terhadap impor baik sapi bakalan maupun daging makin menurun seiring dengan upaya pengembangan potensi ternak lokal. Namun demikian, program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau yang sudah dicanangkan Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir justru menghadapi kendala, diantaranya upaya pemberantasan mewabahnya penyakit pada ternak sapi dan kerbau.

Ketua Asosiasi Parasitologi Veteriner Indonesia, sekaligus Dosen Parasitologi FKH UGM, Dr. drh. Wisnu Nurcahyo, menegaskan hingga saat ini penyakit pada sapi yang paling banyak ditemukan adalah disebabkan oleh infeksi parasit sebagai faktor yang menghambat produktivitas ternak di Indonesia. Dia menyebutkan penyakit yang kini sedang mewabah tersebut adalah penyakit Surra. “Penyakit Surra di indonesia disebabkan oleh infeksi protozoa Trypanosoma evansi,” kata Wisnu ditemui di sela-sela seminar internasional "Lalat sebagai Vektor Penyakit Trypanosomiasis", Senin (19/5), di UC UGM.

Menurut Wisnu, hingga saat ini belum diketahui pencegahan pada penyakit Surra ini mengingat sulitnya biologi parasit Trypanosoma dikaitkan dengan adanya keunikan struktur Variance Surface Glycoprotein yang menyulitkan dalam pemberantasan dan pencegahannya. Selain itu, gambaran penyakit ini sangat bervariasi mulai dari akut hingga subklinis dan kronis di daerah endemis populasi ternak. “Hal lain yang menyulitkan dalam pencegahan dan pengendaliannya adalah keberadaan vektor lalat kandang yang selalu ada dengan kondisi iklim tropis Indonesia,” katanya.

Trypanosoma evansi hidup di dalam plasma darah dan cairan jaringan ruminansia. Parasit ini ditularkan oleh artropoda penghisap darah seperti lalat kandang Tabanus sp, Stomoxys calcitrans, Haematobia sp dsb. Dikatakan Wisnu, parasit dengan kejadian wabah terakhir tahun 2012-2013 terjadi di Pulau Sumba yang  mengakibatkan kematian pada kuda sebanyak 390 ekor, kemudian kejadian di Provinsi Banten sebanyak 14 ekor Kerbau mati tahun 2013. Bahkan pada awal tahun 2014 ini sudah puluhan sapi dan kerbau mati di berbagai wilayah di Indonesia khususnya Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur. “Angka kematian ini diperkirakan lebih besar, namun mengingat kurangnya pemahaman penyakit Surra pada Dinas dan Tenaga Kesehatan Hewan sehingga kurang mendapat perhatian,” katanya.

Lebih dari itu, Wisnu mengingatkan, sekitar 60 persen obat anti protozoa yang ada di Indonesia saat ini memang sudah bersifat resisten sehingga sulit untuk mengatasi berbagai infeksi protozoa yang muncul. Oleh karena itu, pihaknya dalam enam bulan ke depan menggandeng Balai Besar Veteriner se-Indonesia untuk melakukan survei epidemiologi. Melibatkan sekitar 150 peneliti dari berbagi negara seperti Perancis, Thailand, Malaysia, Vietnam untuk melakukan pemetaan penyakit infeksi protozoa dan tidak menutup kemungkinan diterapkannya penggunaan obat anti protozoa baru pada ternak.

Dr. Marc Desquesnes Peneliti Lembaga Riset Pertanian Perancis, CIRAD-IRD, mengatakan protozoa Trypanosoma evansi umumnya lebih banyak menjangkiti hewan kerbau dan sapi yang bisa menyebabkan aborsi dan penurunan produksi susu ternak. Namun begitu, dia menilai infeksi protozoa sebenarnya tidak hanya menyerang hewan tapi juga manusia. “Penyakit ini melibatkan vektor. Sekitar 61% penyakit yang diderita oleh manusia adalah zoonosis,” katanya. Marc menambahkan, interaksi antara manusia, hewan domestik dan satwa liar bahkan memberikan peluang bagi munculnya penyakit baru.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Sutratman, M.Sc., mendukung upaya peneliti dari UGM dalam pemberantasan penyakit hewan dan mencegah penyebarannya, khususnya penyakit parasitologi. Menurutnya, Indonesia memiliki sekitar 14.000 pulau dengan berbagai macam flora dan fauna, terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Hal itu membuat Indonesia rentan terhadap penyebaran penyakit antara hewan dan manusia. “Ini merupakan tantangan bagi kita sebagai peneliti untuk kerjasama lintas multidisiplin,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Seminar Menghadapi “Ketercukupan Daging Sapi 2010”

    Thursday,03 August 2006 - 8:49
  • Mentan: Pemenuhan Daging Sapi Nasional Belum Libatkan Perbankan, Swasta, dan Masyarakat

    Sunday,08 November 2009 - 18:50
  • Fakultas Peternakan Dorong Pengembangan Lembu Gama

    Monday,05 February 2018 - 16:09
  • FKH UGM Dorong Kebijakan Percepatan Swasembada Daging

    Tuesday,17 September 2013 - 17:30
  • 28 Persen Kebutuhan Konsumsi Daging Sapi Nasional Masih Impor

    Thursday,08 November 2007 - 12:46

Rilis Berita

  • Dosen Perikanan UGM Murwantoko Dikukuhkan sebagai Guru Besar 21 March 2023
    Dosen Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., dikukuhkan sebagai G
    Gloria
  • Komunitas Mahasiswa Hindu UGM Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan 21 March 2023
    Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (UKM
    Ika
  • 40 UMKM Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk 21 March 2023
    Sebanyak 40 pelaku UMKM mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan
    Agung
  • UGM Kembangkan Aplikasi TOMO Untuk Penanganan Tuberkulosis Resisten Obat 21 March 2023
    Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Dalam lapora
    Ika
  • Entrepreneur di Bidang Peternakan Masih Minim 21 March 2023
    Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Bada
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual