Jangan takut memiliki pemikiran yang berbeda. Mengapa? Karena dengan berpikir beda justru akan menjadikan hidup menjadi lebih hidup. Hal tersebut ditegaskan oleh Onny Hendro Adhiaksono, pengusaha bidang properti saat memberikan pembekalan kepada calon wisudawan program sarjana dan diploma UGM, Senin (19/5) di Graha Sabha Pramana UGM.
Menurutnya saat ini tidak banyak orang yang mempunyai keberanian untuk berpikir beda dengan yang lain. Sebagian besar masih terjebak dengan pola pikir yang sama dalam menyikapi suatu hal. Demikian halnya saat lulus dari perguruan tinggi, kebanyakan masih berpikir mencari lapangan pekerjaan daripada menjalankan usaha sendiri.
“Manusia harus berpikir beda, jangan terjebak dengan pola pikir yang sama. Penting untuk belajar mengenali diri sendiri sehingga bisa menentukan arah hidup mau seperti apa. Misal punya modal dan jiwa wirausaha, ya jadi pengusaha saja,” kata alumnus Fakultas Teknik angkatan 1987 ini.
Onny mengatakan menjalankan usaha bukanlah suatu yang mudah. Ibarat lomba lari lompat gawang, dalam kehidupan dan berbisnis pasti muncul rintangan yang harus dilalui. Saat menghadapi kendala dibutuhkan sikap positif dan optimisme agar usaha yang dijalankan tidak terhenti begitu saja.
“Dalam lomba rintangannya sudah jelas sehingga kita siap kapan harus melompat melewatinya, namun di kehidupan rintangannya tidak jelas seperti apa dan kapan munculnya. Harus siap dan jalani dengan ikhlas karena tuhan tidak akan memberi soal ujian yang tidak bisa dikerjakan hambanya,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu Onny juga menyorot tentang wajah pendidikan tinggi Indonesia saat ini. Ia menilai pendidikan tinggi di Indonesia belum mampu menghasilkan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja. Pendidikan yang dijalankan baru menghasilkan lulusan yang memiliki pola pikir sarjana, bukan dengan kemampuan sarjana.
“Pendidikan sekarang belum berhasil mencetak lulusan yang siap tempur karena setelah lulus tidak bisa langsung berbuat sesuatu. Yang sarjana baru dalam tataran pola pikirnya saja. Ibarat punya pistol baru punya surat ijin pegang pistol, tetapi tidak tau cara menggunakannya. Apalagi mau menembak, ya tidak bisa,” terangnya.
Sementara I Made Andi Arsana, dosen JurusanTeknik Geodesi UGM, dalam kesempatan itu memotivasi mahasiswa agar masing-masing individu berguna bagi orang lain. Dengan begitu penghargaan orang lain akan muncul secara otomatis terhadap apa yang sudah dicapai.
“Tidak mungkin menghilangkan cibiran orang dan menjelaskan ke setiap orang kalau kita baik. Orang tidak akan menghargai kalau tidak pernah melihat kita berguna. So, make you’re self useful,” tambahnya. (Humas UGM/Ika)