![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/0906141402300328909014314-765x510.jpg)
YOGYAKARTA – Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa endemik Indonesia. Hewan tersebut merupakan satwa asli Indonesia dan merupakan aset biologis yang tak ternilai harganya. Saat ini status satwa tersebut terancam punah, menurut laporan IUCN (International Union for Conservation of Nature), populasinya di alam menurun drastis akibat penyusutan habitat dan kematian yang terus terjadi. “Gajah Sumatera telah kehilangan sekitar 70% habitatnya,” kata Dekan FKH UGM, Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si., usai membuka pelatihan workshop Problem Medis dan Reproduksi Gajah di FKH UGM, Senin (9/6).
Menurut Joko Prastowo, estimasi populasi gajah sumatera di alam berkisar 2400-an ekor. Namun kini diperkirakan telah menurun drastis, jauh dari angka tersebut. FKH UGM menyikapi kondisi tersebut melalui tindakan-tindakan yang konkret di lapangan. Untuk mendukung ketersediaan gajah melalui pengelolaan breeding yang baik dengan memberi pelatihan para dokter hewan di lapangan.
Salah satu upaya yang dilakukan, kata Joko, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC)-Gembira Loka Zoo Jogakarta dan Taman Wisata Candi Borobudur mengadakan Workshop Problem Medis dan Reproduksi Gajah selama 3 hari mulai tanggal 8 sampai 10 Juni 2011. Workshop tersebut berlangsung di Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Gembira Loka Zoo dan Candi Borobudur.
Seminar dan Workshop yang diorganisir oleh Mahasiswa Kelompok Studi Satwa Liar (KSSL) dan Wildlife Conservation Forum (WCF) mengundang ratusan para dokter hewan dan mahout (pawang gajah) dari Taman Margasatwa Ragunan-Jakarta, Balisafari and Marine Park-Bali, Kebun Binatang Bukit Tinggi, Gembira Loka Zoo, PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Taman Satwa Taman Jurug-Solo, Frankfurt Zoological Society (FZS), dan Maharani Zoo/Jatim Park. (Humas UGM/Gusti Grehenson)