YOGYAKARTA – Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 memasuki fase bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk. Dengan begitu, angka ketergantungan penduduk (dependency ratio) cenderung menjadi lebih rendah dan suplai tenaga kerja yang stabil diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja. Kondisi ini sangat menguntungkan sebab masyarakat akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak. “Angka dependency ratio yang rendah, maka masyarakat dapat saving lebih banyak,” tutur peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Dr. Sukamdi, M.Sc, Kamis (12/6), di Auditorium PSKK UGM dalam seminar bertajuk “Bonus Demografi”.
Kendati begitu, Dosen Fakultas Geografi UGM, menilai bonus demografi ini tidak akan berlangsung lama. Pasalnya angka ketergantungan pada 2030 mencapai 46,9, namun pada 2035 akan meningkat lagi menjadi 47,3. “Sebagai gambaran, angka ketergantungan kita pada 2010 berada di angka 50,5,” katanya.
Sukamdi menegaskan, Pemerintah perlu memanfaatkan kesempatan bonus demografi ini dengan baik apabila ada penurunan angka kelahiran sampai tahun 2030 mendatang. “Jika tidak bisa secara konsisten menurunkan angka kelahiran, kita akan kehilangan kesempatan emas ini,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, menilai persoalan kependudukan memiliki dampak pada lingkungan. Kualitas SDM sangat menentukan tingkat kesadaran perilaku manusia dalam mengelola lingkungannya. “Jumlah penduduk besar dan tidak diikuti kualitas kesadaran lingkungan yang baik, yang terjadi adalah degradasi kerusakan lingkungan,” paparnya.
Ia menambahkan, saat ini Indonesia begitu agresif mendorong pertumbuhan ekonomi, namun secara tidak sadar merusak lingkungan. Dia berpendapat, kualitas SDM harus ditingkatkan karena angka Human Development Index (HDI) Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dari 182 negara. “Bahkan di ASEAN, kita berada di urutan keenam dari sepuluh negara,” tandasnya.
Guru Besar FISIPOL UGM Prof. Drs. Muhadjir Darwin, MPA., Ph.D, menilai agama menjadi bagian penting dalam perkembangan penduduk. Ia menilai bonus demografi saat ini merupakan hasil dari revolusi KB global. Sementara beberapa kelompok agamis radikal masih menganggap bahwa KB menjadi ide dari negara barat untuk mencegah mereka berkembang. “Kelompok agamis radikal ini cenderung pro-natalitas,” katanya.
Namun demikian, menurut Muhadjir, sikap kelompok semacam ini dapat berubah seiring dengan perubahan sosial. Namun begitu, dia menegaskan, model Keluarga Berencana di masa mendatang tetap akan dipengaruhi oleh para penduduk yang pro-natalitas. (Humas UGM/Faisol)