Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dilaksanakan serentak se-Indonesia pada hari Selasa (17/6). Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan SBMPTN tahun ini hanya satu hari. Di wilayah DIY sendiri, panitia lokal memberlakukan pengawasan ketat guna cegah kecurangan bagi 36.017 peserta SBMPTN.
“Untuk pelaksanaan SBMPTN tahun ini, penyelenggaraannya yang hanya satu hari dari yang biasanya dilakukan dua hari. Peserta saintek dan campuran mulai ujian sejak pukul 07.30 WIB, kemudian dilanjut tes kemampuan dan potensi akademik yang mulai diikuti peserta soshum. Selanjutnya di siang hari, hanya peserta soshum dan campuran yang ujian hingga pukul 14.30 WIB,” jelas Koordinator Panitia Lokal SBMPTN DIY Prof. Dr. Rochmat Wahab.
Kepada awak media saat menggelar jumpa pers di UGM, Rochmat mengatakan, peserta penyandang disabilitas yang ikut SBMPTN kali ini cukup banyak yakni 26 orang. Hal tersebut menandakan cukup terbukanya kesempatan bagi para difabel untuk berkuliah di PTN. Semua kebutuhan para peserta disabilitas pun telah terpenuhi. Masing-masing peserta telah diberi pendamping satu orang.
“Para peserta berkebutuhan khusus ini diberikan tambahan waktu 30 menit di setiap tes. Masing-masing jeda istirahat tiap tes cukup lama sehingga tidak ada masalah. Mereka inipun bisa tetap mendapat waktu istirahat yang cukup untuk makan atau sholat,” imbuh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
Disinggung mengenai pengawasan ujian, Rochmat menuturkan, pengawasan jelas diperketat apalagi dengan makin banyaknya peralatan IT yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan. Sebelum pelaksanaan, pihaknya telah mengumpulkan semua penanggung jawab ruang untuk diberi petunjuk terkait pengawasan. Para pengawas ditekankan untuk melakukan pengawasan dengan cara diam-diam saja.
“Setiap tingkah laku peserta yang mencurigakan harus ditulis pada lembar berita acara. Pengawasan ekstra juga harus dilakukan pada barang-barang yang dikenakan peserta seperti penghapus, kacamata, jam tangan, ikat pinggang dan kancing baju. Jika kesalahan fatal, tentu peserta akan didiskualifikasi,” paparnya.
Pada SBMPTN tahun ini, peserta yang memilih DIY sebagai lokasi ujian ada 36.017 orang. Rinciannya, peserta saintek yang melaksanakan ujian di UGM berjumlah 14.643 orang dengan 1 peserta difabel, peserta soshum yang ujian di UNY dan 19 sekolah di sekitarnya ada 16.652 orang dengan 20 peserta difabel diantaranya serta peserta prodi campuran ujian di UIN Sunan Kalijaga sebanyak 4.722 orang dengan 5 difabel.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM Prof Dr Iwan Dwi Prahasto menjelaskan, pelaksanaan ujian tulis SBMPTN tahun ini masih tetap sama dari aspek substansi. Sementara pertimbangan penyelenggaraan yang hanya satu hari ialah keragaman mobilitas peserta SBMPTN tahun-tahun sebelumnya.
“Peserta yang ujian di DIY tidak semua berasal dari DIY. Jika dilaksanakan dua hari, mereka tentu perlu menginap dan butuh biaya lebih. Panitia kemudian bermaksud tidak ingin membebani perekonomian para peserta sehingga ujian dipadatkan menjadi satu hari saja,” imbuhnya.
Mengenai kesempatan penyandang disabilitas untuk berkuliah di PTN, menurut Iwan sudah terbuka lebar. Syarat-syarat ketunaan pada pendaftaran SBMPTN sudah dihapuskan.
Ditambahkan Wakil Rektor I UIN Sunan Kalijaga Dr Sekar Ayu Aryani menambahkan, satu orang peserta yang terlaporkan sebagai penyandang semua macam disabilitas ternyata merupakan peserta normal. Hingga total penyandang disabilitas yang melaksanakan ujian di UIN Sunan Kalijaga hanya 5 orang dari semula terlaporkan 6 orang.
“Ternyata peserta yang bersangkutan salah mengisi kolom kebutuhan khusus saat mendaftar. Kami sendiri baru mengetahui jika peserta dalam kondisi normal saat menghubungi peserta untuk menanyakan kebutuhan apa yang diperlukan selama ujian,” tuturnya.
Kuota SBMPTN 2014 di DIY sendiri rinciannya, UNY 1.398 kursi, UGM 2.033 kursi, dan UIN 1.008 kursi. (Humas UGM/ Agung)