![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/2706141403851855921144425-680x510.jpg)
Dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia akan masuk menjadi high income countries. Dalam situasi tersebut diperlukan upaya meningkatkan kontribusi pemikiran, inisiatif, penelitian, dan daya saing di tingkat global.
“Posisi itu menjadikan peran akademisi, praktisi professional dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian sangat strategis dan penting,” ujar Dr. Budiono Santoso., Ph.D., Sp.FK dalam Lokakarya Strategi Tampil di Dunia Global, di Ruang Multimedia, Sabtu (28/6).
Budiono Santoso menilai, kontribusi ilmuwan Indonesia di dunia global masih terbatas. Karena itu perlu meningkatkan sumbangsih pemikiran dan inisiatif di dunia global dengan meningkatkan daya saing tenaga ahli dan produk Indonesia.
Dalam hal ini, Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPY) senantiasa mendorong anggota-anggotanya untuk publikasi dan kontribusinya di forum-forum internasional. Dengan kemampuan inovasi mendorong penelitian dan pengkajian sosial untuk meningkatkan etos dan disiplin sosial.
“Mendorong pengkajian dan penelitian untuk meningkatkan kesejahteraan, kemanusiaan dan keadilan sosial. Karenanya kita selalu mengembangkan komunikasi dan kerjasama antar ilmuwan akademisi dan praktisi berbagai bidang ilmu dengan pendekatan multidispliner,” katanya.
Lokakarya Strategi Tampil di Dunia Global merupakan hasil kerjasama Universitas Gadjah Mada dan Akademisi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPY). Kegiatan ini diikuti 22 peserta dari PTN dan PTS di Yogyakarta yang merupakan para pejabat akademis yang bidang tugasnya terkait erat dengan kerjasama internasional.
Menurut dosen Farmakologi Klinik, Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Dr. Sri Suryawati, untuk bisa tampil di dunia internasional sesungguhnya nol kendala. Asal tidak merasa cepat puas diri, maka sebagai ilmuwan atau akademisi bisa memanfaatkan banyaknya ilmu yang dimiliki.
“Sebetulnya lebih ke diri sendiri, tidak mau mengeksplorasi penelitian dan sudah merasa puas. Dana sebetulnya bisa dicari dengan sponsor, yang penting penelitian dengan metodologi baik sesuai standar dan totalitas,” terang Suryawati yang pernah terpilih sebagai Second-vice President INCB, sebuah badan kuasi-yudisial independen yang berkedudukan di PBB yang bertugas memonitor implementasi konvensi internasional PBB terkait pengawasan narkotika, psikotropika, dan prekursor. (Humas UGM/ Agung)