Tahun 2015 Indonesia dihadapkan dengan AEC (ASEAN Economic Community) dimana arus barang, jasa, dan modal antara negara-negara ASEAN menjadi lebih mudah. AEC bisa menjadi sarana untuk memperluas pasar produk-produk Indonesia, namun dapat berpotensi pula menjadi ancaman serius apabila pedagang Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri.
Kondisi tersebut mendorong lima mahasiswa UGM, yaitu Muhammad Nabil Satria Faradis, Hibran Sabila Maksum, dan Irkham Maulana (Teknik Mesin); serta Rizka Islami Ratnasari dan Yulisyah Putri Daulay (Teknik Industri) untuk membantu UKM agar mampu bersaing dalam pasar internasional, yakni melalui peningkatan pemanfaatan teknologi. UKM yang mereka tuju adalah sebuah UKM helm ukir di Kotagede yang memiliki nilai estetika tinggi.
“Potensi pasar dari helm ukir ini cukup besar, produknya telah menjamah beberapa perusahaan besar seperti Pertamina, Chevron, Wyatt Oil, Seadrill dan berbagai negara seperti Swiss dan Kanada,” kata Nabil, Senin (7/7) di UGM.
Menurut Nabil kendala yang dihadapi UKM tersebut, yaitu pemenuhan pesanan karena proses pembuatan helm yang masih dilakukan secara tradisional. Hal inilah yang mendorong mereka untuk berusaha membantu UKM tersebut. Tidak hanya itu para mahasiswa UGM ini sekaligus ingin mengenalkan batik Indonesia kepada masyarakat dunia melalui ukiran pada helm itu. “Selain dari sisi teknologi sekaligus kita kenalkan budaya batik ini,” imbuhnya.
Hibran mengakui kendala yang dialami mitra selama ini adalah terjadinya bottleneck pada proses pengerjaan helm ukir akibat pembuatan helm polos yang memakan waktu lama. Untuk menghasilkan satu helm polos per harinya satu pekerja harus memukul plat berulang kali. Hal tersebut dinilai akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu, kelima mahasiswa UGM tersebut membuat mesin pres hidrolis semi otomatis untuk mengefisienkan pembuatan helm polos dari segi waktu, tenaga, dan biaya.
“Lembaran plat yang telah dipotong sesuai ukuran diletakkan di atas cetakan helm. Hidrolik akan turun saat tuas di sebelah kiri mesin di tekan. Kekuatan hidrolik lima ton akan menekan lembaran plat hingga bentuknya sama dengan bentuk cetakan di bawahnya,” jelas Hibran sebagai penanggungjawab perancangan alat.
Dengan adanya alat ini diperkirakan proses produksi helm polos akan lebih cepat sehingga harapannya UKM dapat berkembang dan bersaing dalam ranah AEC. Untuk pembuatan proyek tersebut para mahasiswa masih didanai dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Dana Hibah Penelitian (DHP). Ide ini juga diterima sebagai inisiator di web crowdfunding milik UGM, IdeaConnect.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk lebih memperkenalkan teknologi pada pengusaha UKM di Indonesia agar produktivitas dan kualitas produk mereka meningkat. Selain itu, program ini diharapkan bisa memantik kesadaran mahasiswa akan permasalahan yang ada disekitarnya dan mencari sebuah ide kreatif sebagai jalan keluar. (Humas UGM/Satria)