![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/10071414049754791021310392-765x510.jpg)
YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya sepakat untuk kerjasama dalam pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perpipaan di daerah pedesaan luar pulau Jawa. “Ada lima lokasi di luar Jawa yang nantinya menjadi prioritas dari program ini,” kata Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., Kamis (10/7), di ruang siding pimpinan, Gedung Pusat UGM.
Suratman menyebutkan kelima lokasi tersebut akan diprioritaskan untuk daerah-daerah pedesaaan yang sulit mendapatkan air, seperti di Provinsi Nusa Tengagra Barat, Sulawesi Tenggara dan Bali yang pernah menjadi lokasi kegiatan mahasiswa KKN PPM UGM. “Namun kita tetap melibatkan universitas lokal,” ujarnya.
Sistem penyediaan air minum yang berbasis masyarakat ini menurutnya tidak diarahkan berbentuk badan usaha seperti perusahaan air milik daerah, melainkan dikelola masyarakat setempat lewat lembaga yang keanggotaannya terdiri dari warga sekitar. “Air dari rakyat untuk rakyat, kita fasilitasi pengetahuan dan teknologinya sedangkan pembangunan fisik sepenuhnya lewat dana Kementerian PU,” katanya.
Menurut Suratman kerjasama ini merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dibangun sebelumnya antara UGM dengan Kementerian PU dalam pendampingan SPAM Pedesaan di Yogyakarta. Kerjasama ini telah menghasilkan 647 pengurus SPAM. Salah satunya, Forum Masyarakat Code Utara yang selalu mengkampanyekan sungai code bebas dari segala bentuk pencemaran.
Dirjen Cipta Karta, Imam S. Ernawi, mengatakan UGM merupakan perguruan tinggi pertama yang dijadikan kerjasama SPAM Pedesaan melibatkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata. Dia berharap keterlibatan mahasiswa KKN PPM UGM dapat mempercepat pembangunan sarana dan prasarana air minum pedesaan. Tersedianya suplai kebutuhan air minum ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi desa setempat. “UGM saya kira dapat menjadi motor penggerak dalam SPAM perdesaan dan mengajak universitas lain juga ikut berpartisipasi aktif,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)