Yogya, KU
Sebanyak 24 calon dokter dari 11 negara dengan berbalut busana Jawa mengikuti acara farewell party sebagai acara penutup dari rangkaian kegiatan International Summer Course on Disaster Medicine (ISCDM) yang diadakan Universitas Gadjah Mada, Jumat malam (27/7) di Gedung Balaikota, Yogyakarta.
Sebelumnya, para calon dokter ini telah mengikuti pelatihan manajemen bencana yang diadakan sejak 9 Juli-28 Juli 2007. Adapun peserta yang terlibat berasal dari 11 negara diantaranya Austria, Australia, Belanda, Kanada, Denmark, Malaysia, Norwegia, Polandia, Perancis, Portugal dan Jerman.
Acara farewell party yang dibuka langsung oleh Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswan Fakultas Kedokteran UGM, dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D ini berlangsung sangat meriah. Dalam acara yang dihadiri Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti tersebut, para peserta juga menampilkan tarian dan gending jawa yang mereka pelajari selama kursus berlangsung.
“Kegiatan ini ini ditujukan untuk berbagi pengalaman tentang bencana alam dan pengelolaannya. Harapannya jika peserta pulang ke negara masing-masing, mereka mengetahui bagaimana cara menangani bencana yang sewaktu-waktu terjadi dengan disaster plan yang jelas, serta dapat membagi pengetahuan dan pengalaman mereka di negara mereka masing-masing,†tutur Tasya Anggraita, Ketua Panitia ISCDM.
Menurut Tasya, selama acara ini berlangsung, para peserta diberikan kuliah-kuliah mengenai manajemen bencana dalam situasi kegawatdaruratan yang disampaikan oleh para pembicara yang berasal dari lingkungan Fakultas Kedokteran UGM dan R.S. Sardjito. Selain kuliah, para peserta juga diajak untuk melihat secara langsung lokasi bencana di Bantul. Tak hanya berkunjung, di Bantul para peserta juga mempraktekkan cara penanganan bencana serta melakukan interaksi dengan penduduk setempat untuk memperkaya pengalaman mereka dalam menangani bencana. Para peserta pun diberikan waktu untuk berdiskusi mengenai kasus-kasus bencana dan kegawatdaruratan.
“Dan tentu saja, para peserta juga dikenalkan dengan budaya-budaya Indonesia khususnya tarian Yogyakarta. Di sela-sela waktu pelatihan, peserta kita ajak mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti pantai Parangtritis, candi Prambanan, Kaliurang, dan sebagainya,†kata Mahasiswi tingkat lima FK UGM ini.
Salah satu peserta ISCDM dari Polandia, Karolina Katowice, mengungkapkan bahwa kegiatan pelatihan yang diikutinya dirasakan sangat menyenangkan dan terorganisasi secara baik.
“Di sini saya dapat menemui orang-orang dari berbagai negara di waktu dan tempat yang sama. Di acara ini saya dapat mempelajari bencana-bencana secara lebih baik, berhubung di negara saya tidak ada bencana alam, pengetahuan saya mengenai bencana sangatlah sedikit, dan kegiatan ini sangat membantu saya memahami masalah tersebut secara baik, †kata Karolina
Mungkin ungkapan Karolinca Katowice bisa saja benar, bisa jadi di negara lain, mereka tidak mempunyai kemampuan dalam Disaster Medicine. Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D bahwa penangangan bencana gempa di Yogyakarta sudah diakui dunia Internasioal sebagai yang terbaik.
“Kita mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari dunia internasional karena proses rehabilitasi yang cepat dari negara manapun. Kegiatan ini menjadi salah satu ekspresi dari segenap komponen mahasiswa FK UGM dalam merepresentasikan misi UGM menjadi universitas riset bertaraf internasional.,†tuturnya. (Humas UGM)