Tim peneliti melon dari Fakultas Biologi UGM, yaitu Dr. Purnomo, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, dan Ganies Riza Aristya, M.Sc. berhasil mengembangkan melon unggul TACAPA yang ditanam menggunakan media tanam campuran abu vulkanik sisa semburan Gunung Berapi Kelud. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan panen raya melon kultivar TACAPA yang dibudidayakan di lahan Jamusan, Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta menggunakan komposisi media tanam mengandung abu vulkanik belum lama ini.
Menurut Budi Daryono kegiatan yang didanai oleh LPPM UGM melalui hibah Teknologi Tepat Guna (TTG) ini menggunakan melon yang ditanam dengan perbandingan tiga perlakuan, antara lain ditanam hanya menggunakan campuran tanah dengan abu vulkanik, campuran tanah dengan abu vulkanik yang diberi pupuk kocor sintetik secara berkala serta dibandingkan dengan lahan kontrol campuran tanah dengan pupuk sintetik.
“Hasil yang didapat menunjukkan bahwa melon yang ditanam pada lahan dengan tiga perlakuan memiliki karakteristik tidak jauh berbeda, baik segi ukuran, rasa, bentuk, maupun berat buah melon TACAPA,” urai Budi, Jumat (25/7) di UGM.
Budi menjelaskan potensi abu vulkanik dapat digunakan untuk campuran media tanam pengganti pupuk komersial. Dimanfaatkannya abu vulkanik sebagai media tanam diharapkan dapat memberikan public awareness bahwa tidak selamanya kita harus bersikap takut atau was-was terhadap bencana, namun sudah saatnya kita “berkawan” dengan bencana. Salah satunya, dengan memanfaatkan apa yang telah diberikan dari adanya bencana.
“Indonesia terletak pada jajaran Ring of Fire. Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena abu vulkanik tidak akan terlepas dari Indonesia karena terdapat 127 gunung berapi (gunung aktif). Jadi setiap saat kita harus siap,” urainya.
Sementara itu Dr. Purnomo menambahkan capaian yang telah diperoleh dalam pengembangan melon unggul kultivar TACAPA antara lain, tahan terhadap jamur tepung powdery mildew, potensial untuk dikembangkan di lahan kritis karst dalam upaya konservasi lahan, serta dapat dibudidayakan menggunakan media tanam abu vulkanik. Capaian selanjutnya yang diharapkan antara lain benih-benih melon yang mempunyai karakter morfologis dan agronomis yang unggul, seragam dan stabil ini dapat disertifikasi dan diproduksi sebagai benih melon komersial unggulan nasional.
”Semoga ke depan ini bisa dikembangkan lebih bagus lagi, khususnya di lahan karst sebagai upaya konservasi lahan,”, tutur Purnomo. (Humas UGM/Satria)