Siapa yang tak kenal dengan kaktus. Sebagian besar dari Anda pastinya cukup familiar dengan tanaman berduri yang banyak tumbuh di daerah panas dan kering seperti gurun pasir ini. Selama ini kaktus lebih banyak digunakan sebagai tanaman penghias halaman rumah. Namun, ditangan sejumlah mahasiswa UGM, kaktus dibuat menjadi lebih berdaya guna. Mereka mengolah kaktus menjadi obat untuk mempercepat penyembuhan luka.
Adalah empat mahasiswa Fakultas Kedokteran yaitu Ruli Aulia, Nadira, Ditya Devale Rinenggo, dan Aulia Fitri, serta Khairunnisa SY mahasiswa Fakultas Farmasi. Kelimanya berhasil memformulasikan ekstrak kaktus centong (Opuntia littoralis) menjadi gel obat luka yang diberinama Cactocure.
“Kaktus centong banyak tumbuh liar di pantai, namun belum banyak dimanfaatkan masyarakat. Karenanya kami meneliti lebih lanjut dan memanfaatkan kekayaan hayati yang melimpah ini menjadi sesuatu yang lebih berguna,” kata Nadira, Jum’at (22/8) saat berbincang dengan wartawan di Ruang Fortakgama UGM.
Dari studi literatur dan penelitian diketahui kaktus memiliki kandungan flavonoid, vitamin E, vitamin C, dan pektin yang tinggi. Misalnya saja dalam 100 gram ekstrak kaktus memiliki kandungan vitamin C tiga kali lebih tinggi dari buah jeruk. Selain itu juga memiliki vitamin E setara dengan brokoli. Keempat macam zat tersebut mampu mempercepat penyembuhan luka.
“Kejadian luka sering terjadi, tetapi penangannannya masih sangat kurang sehingga proses penyembuhannya lambat. Sementara beberapa obat luka sintesis yang tersedia di pasaran terkadang menimbulkan beberapa efek samping pada kulit,” tuturnya.
Manfaatkan Kaktus di Pantai Samas
Pembuatan gel dimulai dengan mengekstrak terlebih dahulu kaktus centong. Kaktus sebanyak 1,5 kg dipotong durinya, dicuci kemudian dipotong dadu. Potongan-potongan tersebut kemudian diblender dengan air sebanyak 3800 mL. Setelah itu, hasilnya diidiamkan selama 24 jam. Larutan yang diperoleh disaring dan dibuang ampasnya lalu diuapkan selama 48 jam hingga pekat.
“Dari 1,5 kg kaktus diperoleh ekstrak sebanyak 100 gram. Kami memanfaatkan kaktus centong yang banyak tumbuh liar di Pantai Samas,” ujar Nadira.
Untuk mengetahui keamanan bahan, ekstrak kaktus terlebih dahulu diuji cobakan secara in vitro pada kultur sel fibroblast manusia. Pada hari kedua pengamatan diketahui bahwa pada sel fibroblast uang telah ditekan pertumbuhannya dan diaplikasikan ekstrak kaktus memiliki jumlah sel yang setara dengan sel normal.
“Ekstrak kaktus ternyata tidak beracun untuk sel manusia. Bahkan dari uji ini membuktikan bahwa kaktus memiliki substansi aktif yang bisa meregenerasi kulit,” jelasnya.
Setelah diketahui aman untuk sel kulit manusia, Nadira dan kawan-kawan melanjutkan penelitian dengan membuat sediaan gel ekstrak kaktus. Sediaan gel sebanyak 100 gram dibuat dengan konsentrasi ekstrak 2,5 persen. Kemudia dilakukan uji secara in vivo pada tikus putih jantan jenis Rattus novergicus. Tikus yang digunakan sebanyak 24 ekor dengan usia rata-rata 2 bulan dan berat 100-150 gram yang dibagi menjadi 4 kelompok.
“Setiap tikus dilukai di empat tempat untuk diberikan gel ekstrak kaktus,” katanya.
Tingkatkan Pembentukan Kolagen
Dari pengamatan mikroskopis, diketahui gel kaktus centong dapat meningkatkan pembentukan kolagen, re-epitelisasi, pembentukan membrana basalis, serta pembentukan pembuluh darah baru pada luka. Di hari pengamatan ke delapan diketahui tikus yang diaplikasikan gel lukanya lebih cepat mengecil hingga 90 persen. Sedangkan yang tidak diberi gel penutupan luka hanya mencapai 80 persen.
“Dengan aplikasi gel ekstrak kaktus sel di jaringan yang luka bisa tumbuh subur dalam jumlah banyak untuk regenerasi kulit,” kata Ditya Devale menambahkan.
Gel ekstrak kaktus centong ini telah teruji memiliki karakteristik sesuai dengan standar. Dari uji karakteristik, gel ini memiliki konsistensi gel dan sifat organoleptis yang baik, pH netral, bersifat homogen, serta mempunyai daya lekat, dan daya sebar dalam rentang normal.
“Penelitian ini masih memerlukan berbagai penelitian lanjutan agar dapat digunakan pada manusia. Harapannya, kedepan gel ini tidak hanya sebagai penyembuh luka tetapi juga bisa dipakai untuk kosmetika,”pungkasnya. (Humas UGM/Ika)