Fakultas Farmasi UGM kembali melantik 134 apoteker baru, Selasa (26/8) di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Dengan pelantikan kali ini menjadikan total jumlah lulusan apoteker sebanyak 6.376 orang.
Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt., melaporkan dalam jumlah lulusan dalam pelantikan kali ini masih didominasi kaum perempuan yaitu sebanyak 111 orang, sedangkan lulusan apoteker laki-laki hanya 23 orang. Sementara dari 134 lulusan tersebut 111 orang berhasil menyandang predikat cum laude. “Sebanyak 82 persen meraih cum laude,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala BPOM RI, Ir. Roy A. Sparringa, M.App.SC, yang diwakili oleh Dra. Augustine Zaini, M.Si , Direktur Standarisasi Produk Terapetik dan PKRT BPOM turut menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh apoteker baru. Ia berpesan agar para apoteker baru untuk terus meningkatkan kompetensinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Apoteker harus terus mengembangkan pengetahuan dan kompetensinya sehingga mampu menjamin standar mutu dan obat dalam melayani masyarakat,” katanya.
Tidak hanya itu, Roy juga berharap nantinya para apoteker baru bisa bekerja secara profesional dan berperan aktif dalam memberikan informasi kefarmasian kepada masyarakat. Terlebih, menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean yang akan segera diberlakukan 2015 mendatang yang menjadikan perdagangan barang dan jasa semakin bebas, apoteker dituntut untuk bisa berperan dalam memberikan perlindungan kesehatan masyarakat.
“Indonesia punya entry point di wilayah perbatasan sehingga rawan terjadi penyelundupan obat dan makanan ilegal. Hal ini menuntut peran aktif apoteker untuk menurunkan permintaan masyarakat terhadap barang-barang itu,” paparnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan DIY dr. Arida Utami, M.Kes., berpesan agar para apoteker baru tidak hanya meningkatkan kompetensi di bidang kefarmasian saja. Namun, ia berharap para lulusan juga mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Adanya perubahan paradigma dari produk ke asuhan kefarmasian menjadikan apoteker tidak hanya bertanggungjawab membuat obat tetapi juga melakukan terapi dan informasi kefarmasian pada masyarakat.
“Kini apoteker menjadi sebuah profesi yang berhadapan langsung dengan masyarakat sehingga dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik saat memberikan pelayanan kesehatan,” terangnya. (Humas UGM/Ika)