Fakultas Pertanian UGM (Faperta) bersama Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sejak 4 Mei 2014 lalu telah meluncurkan program Rumah Pintar Petani (RPP) untuk membangun pertanian di sana. Sayangnya, masih ada kendala yang dijumpai dalam program tersebut seperti kurang cepatnya informasi yang tersampaikan baik informasi dari petani ke penyuluh maupun sebaliknya.
Melihat kondisi itu maka Fakultas Pertanian bersama PT. XL Axiata Tbk dan 8Villages sepakat untuk melengkapi model penyuluhan latihan dan kunjungan (LAKU) dengan model penyuluhan pendampingan melekat (PIKAT). Kerja sama ketiganya diwujudkan dalam penandatanganan MoU bertempat di R. Multimedia Fakultas Pertanian UGM, Senin (1/9). Hadir dalam penandatanganan MoU tersebut Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, Deniawan Rachmatialevi selaku Sales & Marketing Manager Digital Services PT XL Axiata Tbk serta GM 8villages Anita Hesti.
“Penerapan model penyuluhan PIKAT ini ditujukan untuk mempercepat pertukaran informasi antara penyuluh dan petani serta para pakar pertanian baik di perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya,”papar Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari.
Jamhari menambahkan model penyuluhan PIKAT ini nantinya para penyuluh yang sudah ditraining para pakar dari Faperta UGM akan mengajak para petani binaannya untuk bergabung dalam komunitas Rumah Pintar Petani. Model ini cukup membantu mengingat jumlah penyuluh pertanian yang semakin sedikit bahkan berusia lanjut.
“Dari sini nantinya banyak informasi yang bisa diakses seperti daerah yang mengalami masalah pertanian dan solusinya. Harapannya semakin banyak petani yang mendapat akses informasi secara mudah sehingga produktivitas dan taraf hidupnya meningkat,” tambahnya.
Sementara itu Deniawan Rachmatialevi selaku Sales & Marketing Manager Digital Services PT XL Axiata Tbk mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung program ini. PT XL Axiata siap membantu khususnya terkait dengan pengembangan IT dan infrastrukturnya.
“Nanti sms para petani dan penyuluh yang tergabung dalam grup digratiskan. Melalui fasilitas yang tersedia para petani juga bisa sekaligus menawarkan produknya,” tutur Deniawan.
Untuk tahap awal ini telah ada 8 kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang menjadi model RPP, yaitu Klaten, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Cilacap, Tegal, Purwodadi dan Purworejo. Menurut Anita Hesti dari 8 kabupaten ini kurang lebih terdapat enam ribu petani di dalamnya.
“Nanti DIY juga menyusul. Harapan kita empat puluh satu juta petani di Indonesia bisa terbantu dengan program ini,” kata Anita. (Humas UGM/Satria)