Salah satu penyakit di waktu mendatang yang diperkirakan akan berkembang cepat dan perlu diwaspadai adalah penyakit bertutur. Penyakit ini mudah sekali menular karena didukung oleh abad komunikasi dan teknologi yang semakin canggih.
Demikian prediksi Prof. Dr. drg. Munakhir Mudjosemedi, SU., SpRKG yang disampaikan dalam pidato pengkuhannya sebagai Guru Besar bidang Kedokteran Gigi di Balai Senat UGM Senin (11/7). Dalam pandangan Prof. Munakhir, penyakit bertutur mungkin dapat digolongkan sebagai “penyakit mulut” karena terekspresi oleh jaringan yang ada di sekitar mulut.
Prof. Munakhir yang kini menjabat Dekan FKG UGM, menunjuk maraknya penyebaran isu sebagai contoh penyakit bertutur. “Baik penyebaran antara individu, maupun kelompok,” ujarnya. Isu yang disebarkan sangat beragam, mulai masalah pribadi, hingga politik tingkat tinggi. Kesemuanya itu, tambah Prof. Munakhir, dimaksudkan untuk membentuk opini publik.
“Fenomena penyakit bertutur ini sudah nampak sekarang, dan akan berkembang pesat di waktu mendatang,” katanya. Ayah 3 anak ini memberi contoh kebiasaan ngrasani atau menggunjing, yang justru dilembagakan dan bahkan dikomersialkan lewat media massa. “Hal yang sebetulnya ironis, tetapi faktual,” ujarnya.
Di bagian lain, Prof. Munakhir menguraikan pentingnya gigi dan mulut sebagai alat bertutur. Menurut Prof. Munakhir, gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena sangat berperan dalam komunikasi lisan. “Ia juga turut menentukan ekspresi seseorang,” jelasnya. Bisa dibayangkan, tandas Prof. Munakhir, jika seseorang tokoh publik memiliki masalah dengan gigi dan mulutnya. Disamping penampilannya terganggu, akan berkurang pula kualitas pengucapan atau kemampuan bertuturnya.
Prof. Munakhir menyebut sejumlah tokoh besar, seperti Bung Karno, Bung Tomo, yang sangat menonjol kemampuan bertuturnya. Mereka hanya segelintir contoh tokoh publik yang memiliki karakter kuat, termasuk dalam hal berkomunikasi lisan. Ke depan, menurut Prof. Munakhir, komunikasi lisan ini perlu mendapat perhatian bersama. Baik dari sisi orang yang mendukung proses bicara, maupun ilmu komunikasi. “Dua-duanya dapat berkembang secara paralel dan saling mendukung,” ujarnya.
Trend perkembangan kedokteran gigi masa depan, lanjut Prof. Munakhir, akan mengarah kepada fungsi gigi sebagai penunjang estetika dan fungsi bicara. “Bukan lagi hanya sebatas fungsi penguyahan makanan,” tandasnya. Kecenderungan itu mulai nampak saat ini.Misalnya, maraknya pemakaian alat ortho cekat, penggunaan berlian gigi, tato gigi, bleaching/ pemutihan gigi, dsb.
Berbagai kemungkinan arah perkembangan ilmu kedokteran gigi, dikupas Prof. Munakhir dalam pidato pengukuhan berjudul “Jentera Ilmu Kedokteran Gigi, Perannya di Masa Depan”. Odontologi forensic, menurut Prof. Munakhir, merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang banyak berperan di waktu mendatang. Sidik gigi akan sangat membantu, dalam musibah besar seperti peristiwa Bom Bali atau di Hotel JW Marriot. “Juga dalam bencana seperti Tsunami di Aceh beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Sidik gigi sangat dibutuhkan, lanjut Prof. Munakhir, manakala bagian tubuh lainnya yang menjadi ciri khas seseorang sudah hancur. Sebab gigi mempunyai daya tahan yang luar biasa. “Gigi kita akan tetap utuh dalam temperatur 500 derajat celcius lebih,” kata pria kelahiran Pemalang 13 Juni 1947 ini. (Humas UGM)