YOGYAKARTA – Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan situasi dan kondisi dipastikan tetap aman dan tekendali hingga menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober mendatang. Gatot meyakini tidak ada ancaman serius yang mengganggu proses pelantikan tersebut, namun pihak TNI menurutnya akan tetap selalu waspada dengan menempatkan pasukan di titik-titik rawan tertentu. Meski begitu, dia tidak menyebutkan daerah-daerah rawan yang dimaksud. “TNI berpikir selalu tetap ada ancaman, selalu siap mengantisipasi, seluruh jajaran TNI akan selalu disiapkan,” kata Gatot kepada wartawan usai mengisi kuliah umum di Grha Sabha Pramana Kampus UGM, Kamis (18/9).
Pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk masa bakti 2014-2019, Gatot mengatakan sudah menjadi tugas TNI untuk mengamankan kondisi dan situasi agar tetap selalu aman dan terkendali sehingga pergantian kepemimpinan nasional bisa berjalan dengan lancar. Apalagi menurutnya Presiden dan Wakil Presiden terpilih merupakan hasil pilihan rakyat yang sudah mengikuti proses demokrasi dengan baik. “Saya kira saat pemilu saja bisa berjalan aman dan damai, apalagi saat pelantikan, masyarakat kita sudah berbudaya tinggi dan cerdas,” katanya
Konflik Energi
Dalam penyampaian materi kuliah umum yang diikuti ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di DIY, Gatot mengatakan konflik yang terjadi di berbagai negara seperti Libya, Mesir, Suriah, Sudan, Kongo, Nigeria dan Ukraina, menurutnya, lebih disebabkan karena persoalan perebutan sumber energi. “70 persen konflik berlatar belakang energi,” katanya.
Menurut Gatot, pada tahun 2043 energi fosil di dunia akan habis sehingga dipastikan dunia akan mengalami krisis energi. Tidak hanya di bidang energi, negara-negara yang berada di luar garis khatulistiwa juga menghadapi ancaman serius di bidang pangan dan air. Sementara ketiga sumber cadangan energi, pangan dan air tersebut berada di negara tropis atau yang terletak di garis ekuator. Pasalnya pada tahun itu, imbuhnya, diprediksi ada 11,6 milyar penduduk bumi, sebanyak 9,4 milyar penduduk berada di negara-negara non-ekuator, sedangkan yang berada di Negara yang garis ekuator hanya 2,2 milyar jiwa. Dia berkeyakinan Indonesia, bersama Brasil, Kongo dan Uganda akan dilirik oleh negara-negara non ekuator. “Kondisi 25 tahun mendatang, RI akan dilirik oleh banyak negara,” ujarnya.
Sementara Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc., dalam sambutannya mengatakan kedaulatan negara tidak lagi diidentikkan dengan ‘memagari diri’ dari masuknya orang-orang asing, “Tapi kedaulatan itu memenangkan kompetisi dan selalu waspada terhadap gangguan bagi kepentingan nasional,” terangnya.
Menurutnya, tantangan terdekat yang dihadapi seluruh komponen bangsa adalah diberlakukannya Asean Single Community tahun 2015. Padahal jauh sebelum kesepakatan kerjasama perdagangan ekonomi regional Asean itu resmi diberlakukan, kompetisi dagang di tingkat kaki lima bahkan jauh sudah mulai, “Di pedagang kali lima, kita dengan mudah membeli atau menjual barang dari berbagai penjuru dunia. Persaingan itu begitu nyata di masyarakat,” katanya.
Pratikno menambahkan, kerja sama ekonomi yang dijalin RI dengan banyak Negara memang sangat penting dan bermanfaat, namun di balik kerja sama itu hendaknya disertai semangat kompetisi dan kewaspadaan. “Setiap kerja sama harus selalu dilekati dengan kewaspadaan,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)