YOGYAKARTA – Menjelang diberlakukannya pasar bebas Asean atau lebih dikenal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada awal tahun 2015, menjadi momentum untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mendorong produktivitas dan konektivitas barang dan jasa. Populasi masyarakat Asean yang mencapai 620 juta jiwa, tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,7 % dan nilai perdagangan mencapai 2,4 triliun dolar tidak sekedar peluang namun bisa memberikan manfaat lebih bagi masyarakat.
Demikian yang mengemuka dalam International Conference on Asean Studies 2014 yang diselenggarakan Fisipol UGM di Inna Garuda, Rabu (1/10). Hadir sebagai pembicara Direktur Eksekutif Asia Studies Center Chulalongkorn University Thailand Dr. Suthipand Chirathivat, Dirjen Bidang Kerja Sama Asean Kementerian Luar Negeri RI, I Gusti Agung Wesaka Puja, dan Dr. Farish Noor dari Nanyang Technology University Singapura.
Dekan Fisipol UGM, Dr. Erwan Agus Purwanto ketika membuka konferensi tersebut mengatakan pasar bebas Asean nantinya bisa memberi manfaat langsung bagi rakyat dengan memanfaatkan banyaknya peluang baru di bidang ekonomi. Mobilisasi dan tranportasi barang, modal, dan SDM antarnegara-negara Asean tersebut, kata Erwan, harus sesuai dengan aturan yang telah disepakati para pemimpin Asean. Aturan bersama itu menurutnya sebagai instrumen dalam menghadapi persaingan global. “Momentum integrasi ekonomi regional ini untuk kemajuan bersama bukan untuk kemajuan bangsa masing-masing,” kata Erwan.
Suthipand menyebutkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 10 negara Asean berkisar lebih dari 4%. Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand tumbuh pada tingkat lebih lambat namun tetap memuaskan. Adapun Komboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam menurut bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru dengan tingkat pertumbuhan 5-8%.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asean diatas rerata pertumbuhan ekonomi global tersebut tetap berisiko dan mengalami perlambatan karena bergantung pada pergerakan arus modal dan fluktuasi nilai tukar, serta nilai ekspor impor. Bahkan juga diwarnai dengan risiko kondisi politik dalam negeri dan keterlambatan pembangunan infrastruktur.
Sementara I Gusti Agung Wesaka Puja, mengatakan pasar bebas Asean menjadi kekuatan pendorong bagi terus terciptanya perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asean. “Satu dekade terakhir relatif damai dan terjaga stabilitasnya,” katanya.
Farish Noor, mengatakan pasar bebas Asean bisa menjadi peluang sekaligus sumber masalah baru karena kawasan Asean jadi pasar potensial bagi produk-produk dari luar Asean. Hasil produksi dari negara Asean seharusnya lebih diutamakan. “Pasar bebas Asean bukanlah ide abstrak tapi kenyataan, kehadirannya harus bisa dirasakan oleh masyarakat bukan hanya di tingkat pemerintah,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)