![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/09101414128480781447031556-765x510.jpg)
Ternak kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang saat ini mengalami perkembangan pesat di pedesaan. Selain hanya membutuhkan penanganan yang relatif mudah, harganya pun terjangkau untuk masyarakat desa.
Kambing PE merupakan jenis kambing penghasil susu disamping sebagai pedaging. Jenis kambing ini mampu memproduksi susu sekitar 1-1,5 liter per ekor setiap harinya dengan masa laktasi 170 hari. Sementara harga jual sus segar kambing PE mencapai Rp. 14.000 per liter.
“Kalau setiap peternak memiliki 5-10 ekor sudah bisa memberikan kontribusi ekonomi bagi peternak di pedesaan,” kata Dr. Widodo, M.S.c., dosen Fakultas Peternakan UGM, Selasa (14/10) di sela-sela seminar dan pelatihan penanganan dan pengolahan susu kambing PE.
Widodo menuturkan beternak kambing PE tergolong mudah. Pasalnya kambing jenis ini memiliki keunggulan lebih adaptif terhadap kondisi iklim tropis seperti di Indonesia. Karenanya tidak mengherankan apabila saat ini banyak peternak yang mengembangkan usaha ternak kambing PE.
Saat ini Fakultas Peternakan UGM telah melakukan pembinaan terhadap kelompok ternak kambing PE di wilayah Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Pembinaan difokuskan pada upaya budidaya dan pemeliharaan kambing.
“Kedepan kami ingin bantu dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan melalui berbagai produk olahan dengan nilai jual yang lebih baik sehingga bisa mengingkatkan kesejahteraan peternak,” urainya.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengadakan seminar dan pelatihan untuk peternak kambing PE di Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Acara digelar selama dua hari, 14-15 Oktober 2014 di Auditorium Fakultas Peternakan UGM. Menghadirkan narasumber antara lain Dr. Sang Kompyang Wirawan (Fakultas Teknik UGM), Mohammad Rosyidi (peternak Kambing PE), M. Chaerul Imam ( Pt. Yummy Food Utama), Yuni Suranindyah, Ph.D , Prof. Indratiningsih, dan Dr. Nurliyani (Fakultas Peternakan UGM).
“Selain mengikuti seminar, mereka diberikan pelatihan cara pembuatan produk olahan susu segar baik berupa susu pasteuriasi, es krim, maupun yogurt,” jelas Widodo yang juga Ketua panitia acara.
Dengan pengembangan produk olahan susu kambing ia berharap dapat membantu meningkatkan konsumsi susu di Indonesia yang hanya 11,4kg/kapita/tahun. Jumlah yang jauh di bawah rerata negara berkembang yang mencapai 70kg/kapita/tahun.
Namun demikian, dalam pengolahan susu diperlukan teknologi pengolahan yang baik untuk menghindari kerusakan susu karena cemaran mikroba. Karenanya diperlukan teknologi pengolahan untuk pengawetan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyimpanan.
“Setelah membangun sektor produksi susu kambig PE, kita berniat membangun sektor hilir pengolahan susunya. Kedepan kita berkeinginan akan ada insutri pengolahan susu berbasis susu kambing PE yang menerima dan mengolah susu yang dihasilkan kelompok ternak kambing PE,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)