Negara-negara maju di kawasan Asia seperti Jepang, Taiwan, Korea dan Tiongkok tumbuh pesat karena perkembangan industri elektronika dan manufakturnya. Korea dan Tiongkok maju di bidang elektronika sedangkan Jepang masih menguasai pasar manufaktur. Belajar dari pengalaman negara Jepang terlihat bahwa pengembangan industri manufaktur akan memberikan dampak yang lebih panjang jika bisa dikuasai.
“Kalau Indonesia ingin maju maka perlu strategi khusus untuk mengembangkan industri manufaktur,” kata staf pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM, Dr.Eng.Herianto, S.T., M.Eng., Rabu (15/10).
Herianto menambahkan perlu mengambil pelajaran dari perkembangan industri elektronika dan teknologi informasi di negara-negara tersebut sebagai strategi pengembangan manufaktur di Indonesia. Ia melihat industri elektronika dan teknologi informasi berkembang sangat cepat pada abad ke-20 ketika ukuran komputer semakin kecil dengan harga yang semakin murah.
“Ukuran komputer yang dulunya sebesar ruangan kini menjadi sangat kecil bahkan bisa dalam genggangan tangan. Inilah kunci dibalik berkembangnya industri elektronika dan teknologi informasi,” katanya.
Ia menjelaskan kondisi industri manufaktur di Indonesia saat ini hampir semuanya menggunakan mesin berukuran sangat besar. Herianto mencontohkan di perguruan tinggi maupun SMK-pun ukuran mesinnya masih relatif besar sehingga intensitas siswa dan mahasiswa untuk berinteraksi dengan mesin sangat sedikit. Jika ada siswa atau mahasiswa yang intensitas interaksi dengan mesin sangat tinggi, mereka mempunyai skill permesinan dan manufaktur yang sangat baik.
“Bisa dilihat dari SMK serta Politeknik yang fokus pada praktikum ternyata bisa menghasikan lulusan yang sangat baik. Ini membuktikan jika intensitas akan mempengaruhi skill seseorang seperti yang terjadi pada dunia teknologi informasi saat ini,” papar Herianto.
Mengacu pada kondisi tersebut maka Herianto bersama I. Aris Hendaryanto, S.T., M.Eng. dari sekolah Vokasi UGM, berupaya mengembangkan alat pendukung manufaktur yang bisa meningkatkan intensitas siswa atau mahasiswa untuk berinteraksi dengannya. Salah satunya melalui pengembangan mesin-mesin berukuran mini sehingga portable dengan harga yang lebih terjangkau. Mesin yang tadinya berukuran besar menjadi mesin yang mini dan portable sehingga bisa ada dimana saja seperti printer yang sudah biasa di atas meja kerja.
“Harapannya dengan semakin banyak masyarakat yang berinteraksi dengan teknologi permesinan dan manufaktur maka akan semakin banyak tenaga ahli di Indonesia yang pada ujungya dapat meningkatkan lapangan kerja,”kata Herianto.
Terkait kondisi tersebut maka Herianto dan I. Aris Hendaryanto terus mengembangkan Portable PC-Base CNC. Harapannya produk tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia kedepan khususnya pada sektor pendidikan seperti SMK, perguruan tinggi, balai latihan kerja dan lainnya.
Produk yang diberi nama Gama CNC ini berukuran mini dengan berat sekitar 60 kg. Alat tersebut bisa digunakan sebagai alat pembelajaran untuk perakitan dan kalibrasi mesin CNC. Selain itu Gama CNC juga dapat digunakan untuk industri rumah tangga, industri manufaktur, lembaga pendidikan untuk pelatihan-pelatihan maupun para pecinta teknologi yang menginginkan membuat komponen sendiri.
“Ini diproduksi di dalam negeri dengan menggunakan komponen lokal sekitar 70 persen,” terangnya. (Humas UGM/Satria)