![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/15101414133363571875226987.jpg)
Laju deforestasi di Sulawesi Tenggara cenderung mengalami peningkatan. Pada kurun waktu 2002-2004 laju deforestasi rata-rata mencapai 68.010 hektare per tahun. Salah satunya penyebab meningkatnya laju deforestasi dikarenakan adanya konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan.
Abdi, S.P., M.Sc., dosen Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo mengatakan bahwa perubahan ekosistem hutan menjadi usaha tani kakao sempat terjadi di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan harga komoditas kakao yang menjadi andalan Sulawesi Tenggara. Data Departemen Pertanian tahun 2002 mencatat telah terjadi kenaikan harga yang signifikan pada komoditas kakao dimana pada tahun 1997 harga kakao sebesar Rp. 2.932,- per kg naik menjadi Rp. 8.903,- per kg di tahun 1998.
“Hal ini disinyalir menjadi salah satu penyebab meningkatnya konversi hutan menjadi lahan perkebunan kakao,” katanya saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Pertanian UGM, Kamis (16/10).
Abdi menuturkan masyarakat tidak hanya membuka hutan untuk lahan perkebunan semata. Namun, mereka juga membuka hutan menjadi lahan pertanian untuk tanaman semusim seperti jagung, ubi kayu dan padi. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dalam rumah tangga.
“Pengembangan usaha tani tanaman semusim dan tanaman tahunan pola monokultur di kawasan hutan harus dihentikan karena tidak layak diusahakan dan meningkatkan deforestasi, degradasi, dan konversi kawasan hutan,” tegasnya.
Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa petani dengan pendapatan rendah memiliki kecenderungan mengkonversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian. Dengan kata lain adanya peningkatan pendapatan per kapita petani akan berdampak pada penurunan pembukaan lahan pertanian di kawasan hutan.
Temuan lain memperlihatkan bahwa upaya untuk mengehentikan petani untuk mengkonversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian bisa dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang fungsi strategis hutan kepada petani. Selain itu juga dengan melibatkan petani dalam program hutan kemasyarakatan. (Humas UGM/Ika)