![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/1710141413537760252059451-825x482.jpg)
Ancaman banjir lahar dingin masih mengintai masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi, terutama yang tinggal di sepanjang Sungai Gendol dan Kali Woro. Terlebih memasuki musim penghujan memungkinkan terjadinya banjir lahar dingin ketika intensitas curah hujan tinggi.
Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Dr. Djati Mardianto mengatakan bahwa Merapi masih menyimpan banyak deposit material bekas letusan pada tahun 2010 silam, khususnya pada kubah sisi selatan dan tenggara. Hal tersebut diketahui dari hasil pemotretan udara menggunakan pesawat UAV sepanjang 18 Km dari puncak Merapi yang dilakukan Jum’at (17/10) pada kubah Merapi. Pemotretan merupakan kolaborasi antara PSBA UGM, Pusat Penerbangan LAPAN, dan Grup Riset Satelit dan Kedirgantaraan UGM.
“Saat musim hujan tiba daerah selatan dan tenggara masih berpotensi mendapatkan kiriman banjir lahar dingin,” jelasnya saat jumpa pers dengan wartawan, Jumat (17/10) di PSBA UGM.
Data hasil pemotretan udara pada tahun 2010 menunjukan terdapat sekitar 140 juta meter kubik deposit material letusan yang menumpuk di kubah Merapi. Diperkirakan baru separuh deposit material yang turun menjadi lahar dingin. Sehingga kedepan masih menyimpan potensi sekitar 70 juta meter kubik material bisa berubah menjadi lahar dingin akan mendampak bantaran Sungai Gendol dan Kali Woro ketika musim penghujan.
Karenanya ia menghimbau untuk warga yang tinggal tidak jauh dari kedua bantara sungai tersebut untuk tetap waspada akan ancaman lahar hujan. Demikian halnya dengan para penambang pasir untuk berhati-hati menambang saat memasuki musim penghujan.
“Kalau sisi barat Merapi sepertinya tidak akan terancam banjir lahar dingin karena material di kubah sebelah barat Merapi hanya tinggal material halus seperti pasir dan abu,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan Djati, dari hasil pemotretan Merapi yang baru saja dilakukan tersebut nantinya akan dianalisis sehingga bisa diperoleh estimasi volume deposit material Merapi yang masih tertinggal saat ini dengan melihat dinamika kubah.
Sementara Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Gunawan Setyo Prabowo dalam kesempatan itu menyampaikan tentang penggunaan teknologi UAV untuk kebencanaan. Menurutnya pemakaian teknologi UAV adalah suatu kebutuhan yang mendesak untuk mitigasi bencana. Misalnya saja bisa dihasilkan data base tentang bentuk kubah secara berkala untuk keperluan mitigasi bencana kegunungapian.
“Dengan melihat data yang dihasilkan bisa disusun langkah mitigasi bencana sehingga bisa mengurangi risiko bencana,” ujarnya. (Humas UGM/Ika)