![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/1710141413537760252059451-825x482.jpg)
YOGYAKARTA – Kepala Dinas Perhubungan Pemkot Yogyakarta, Hario Yudo menilai moda tranportasi kereta gantung layak untuk dipertimbangkan sebagai alternatif alat transportasi dalam mengurangi pengguna kendaraan di Kota Yogyakarta. Namun kebijakan tersebut tetap harus menyesuaikan dengan kondisi topografi daerah, budaya dan keterjangkauan besarnya biaya investasi yang dibutuhkan. “Prinsipnya moda tranportasi yang bisa mengurangi beban jalan raya,” kata Hario saat mengikuti workshop moda transportasi kereta gantung sebagai solusi transportasi modern di perkotaan yang berlangsung di KPTU Fakultas Teknik UGM, Selasa (21/10).
Menurut Hario Yudo, kota Yogyakarta membutuhkan moda tranportasi yang tidak menggunakan jalan raya. Soalnya di kota Yogyaklarta sendiri tidak memungkinkan lagi untuk menambah atau mempelebar badan jalan sehingga tranportasi yang tidak menggunakan jalan raya bisa dijadikan pilihan. “Saya kira ini altenatif yang perlu dipertimbankan selain monorel,” ujarnya.
Kendati demikian, kata Hario, usulan perencanaan pembangunan moda transportasi merupakan wewenang dari Pemerintah Provinsi DIY. Apalagi penggunaan moda tranportasi kereta gantung menurutnya tidak hanya kepentingan kota Yogyakarta namun melibatkan kabupaten/kota terkait di DIY, “Harus ada kerjasama antar pemerintah dan langkah koordinasi segera diketemukan agar semua perencanaan bisa dieksekusi,” paparnya.
Markus Hagspiel, perwakilan dari Doppelmayr, perusahaan penyedia tranposrtasi kereta agung dari Austria, mengatakan moda transportasi kereta gantung sudah digunakan di kota-kota besar di seluruh dunia seperti di Australia, Italia, Perancis, Kanada, Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Singapura. Menurutnya, keunggulan transportasi modern ini tidak menimbulkan dampak polusi udara karena tidak menghasilkan gas emisi karbon bahkan tidak membutuhkan biaya investasi besar. Bahkan bisa mengurangi kemacetan dari biasanya 1 jam sampai 10 jam menjadi 17 menit. “Bila menggunakan bis bisa menempuh waktu 25 menit, dengan transportasi ini hanya butuh waktu 4 menit,” katanya
Di kota London, kata Markus, kereta gantung mampu membawa 83.226 penumpang setiap bulannya. Sementara untuk pengerjaan infrastrukturnya hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 bulan. Yang lebih menarik, kata Markus, transportasi yang menggunakan kabel menggantung di udara ini terbukti aman dari dampak bencana gempa dan banjir. “Moda transportasi ini tidak membutuhkan lahan yang lebih luas, biaya investasi dan operasionalnya pun sangat rendah,” katanya.
Dosen Arsitektur UGM, Bakti Setiawan, Ph.D., mengatakan tranposrtasi kereta gantung ini memang cocok untuk digunakan di kota-kota besar di Indonesia. Alat transportasi ini menurutnya bisa mengurangi beban penggunaan jalan raya di kota besar. “Semua itu tetap berdasarkan kebutuhan daerah dalam menyediakan transportasi yang nyaman bagi masyarakat,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)