Pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia menghadapi beberapa tantangan seperti Asian Free Trade Agreement (AFTA) 2015 serta Asian Single Community (ASC) 2015. Melihat kondisi tersebut maka kurikulum harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu memenangkan persaingan global.
“Muatan kurikulum harus diperkuat dengan pengalaman menghadapi dunia nyata,” papar Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. dalam Lokakarya Pemutakhiran Silabus dan Penyusunan Peta Kurikulum dan Model Student Assesment, Senin (27/10).
Budi menambahkan peningkatan kompetensi lulusan dari sebuah perguruan tinggi mutlak diperlukan untuk bersaing dengan lulusan dari negara lain. Dengan demikian penerapan kurikulum pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, nantinya harus mampu meningkatkan rasa percaya diri untuk memenangkan persaingan global serta menciptkan lulusan unggul dan kreatif.
“Sayangnya, dari penelitian yang pernah dilakukan kurikulum kita kurang memberi ruang untuk pengembangan diri mahasiswa,” imbuhnya.
Sementara itu dosen Fakultas Biologi lainnya Eko Agus Suyono, M.App.Sc menjelaskan beberapa tantangan penerapan kurikulum, antara lain beberapa mata kuliah yang penempatannya kurang sistematis hingga mata kuliah dasar yang disampaikan dari luar yang seringkali mendapat pemahaman terlalu dalam.
“Dari survei yang pernah dilakukan tingkat kepuasan terhadap penggunaan kurikulum 2009 baru sekitar 35 persen,” tambah Eko.
Meskipun memiliki kelebihan, kurikulum 2009 menurut Eko masih menyisakan beberapa kekurangan. Kekurangan itu di antaranya sebagian mahasiswa mengaku kurang bisa mengikuti kurikulum tersebut, rendahnya kegiatan ekstrakurikuler serta mata kuliah pengembangan kepribadian yang ditempatkan di akhir semester.
Di tempat sama Dr. Andhika Puspito Nugroho mengungkapkan implikasi dari Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kualitas lulusan melalui KKNI ini diukur melalui kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan serta kewenangan dan tanggung jawab.
“Setidaknya mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah,” tegas Andhika. (Humas UGM/Satria)