![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/2710141414394954638227685.jpg)
Penggunaan alat fiksasi patah tulang telah menjadi prosedur rutin dengan menggunakan material yang kaku dan rigid dari logam seperti titanium. Kekuatan dan kekakuan yang terlalu tinggi dari material logam ini menyebabkan atropi tulang di bawahnya.
“Kekurangan lainnya menyebabkan perlunya operasi pengambilan kembali material fiksasi tulang tadi,” papar Mochammad Taha Ma’ruf pada ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (27/10). Pada kesempatan itu Taha mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Komposit Polivinil Alkohol-Hidroksiapatit Bovine dengan Penguat Catgut dan Glutaraldehid sebagai Crosslinker untuk Material Fiksasi patah Tulang Rahang”.
Taha menambahkan material fiksasi patah tulang yang bisa diserap tubuh (biodegradable) berkembang untuk mengatasi kekurangan material fiksasi dari logam dan menghindari operasi sekunder tersebut. Penggunaan Polivinil Alkohol (PVA) menurut Taha meningkat pada beberapa aplikasi biomedis yang tidak membutuhkan kekuatan mekanis terlalu tinggi.
“Catgut yang selama ini digunakan sebagai benang untuk penjahitan luka yang bisa diserap tubuh, pada penelitian ini dianyam sehingga dapat berperan sebagai penguat,” papar pengajar di Universitas Mahasaraswati tersebut.
Penelitian yang dilakukan Taha ini material pengisi (filler) yang digunakan adalah hidroksiapatit (HA) bovine, yaitu material bioaktif dan osteokonduktif dengan biokompatibilitas yang baik. Sedangkan untuk meningkatkan kekuatan mekanis digunakan juga glutaraldehid sebagai crosslinker terhadap PVA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Taha ini menunjukkan bahwa komposit PVA-HA bovine (60:40) fraksi berat dengan penguat catgut dan glutaraldehid sebagai crosslinker punya kekuatan mekanis yang memadai dan stabil sebagai material fiksasi patah tulang rahang setelah uji biodegradasi selama 30-60 hari.
“Tidak ada reaksi hipersensitivitas dan toksisitas pada hewan coba. Dengan demikian material ini dapat dikembangkan sebagai material fiksasi patah tulang rahang yang dapat diserap tubuh sebagai pengganti titanium,” pungkas Taha. (Humas UGM/Satria)