Pusat Studi Pariwisata UGM bekerjasama dengan Magister Kajian Pariwisata UGM, Badan Pariwisata D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Propinsi Gangwon, Korea pada hari Kamis, 4 Agustus 2005 akan menyelenggarakan Dialog Jogja – Gangwon (Korea) Tentang: “Capacity of Human Resources in Creating Tourism Product”.
Dialog yang digelar di Ruang Seminar Lantai III Gedung PAU UGM (Pusat Antar Universitas) ini akan menghadirkan pembicara Ms. LEE, Kwang-Soon (Gangwon Korea) dan Ms. HONG, Nak Gi (Gangwon, Korea). serta sebagai moderator Drs. M. Baiquni, M.A (Wakil Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM).
Menurut Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM Drs. Hendrie Adjie Kusworo, M.Sc, sumberdaya manusia menjadi kunci utama pengembangan pariwisata. Di tengah tuntutan yang semakin tinggi terhadap perlunya peningkatan kinerja sektor pariwisata agar dapat memenuhi pencapaian target-target ekonometrik, terasa bahwa pembenahan sumber daya manusia dan birokrasi belum kuat disuarakan Terdapat kesan yang cukup menonjol bahwa perhatian kita terutama masih bertumpu pada aspek kuantitatif, yakni seberapa besar devisa, kesempatan kerja, kunjungan wisatawan dan sebagainya, sementara aspek kualitatif yang antara lain dilihat dari perubahan positif mutu sumberdaya manusia cenderung diabaikan. “Hal ini sebenarnya bertentangan dengan tujuan logika yang mendasari pembangunan pariwisata itu sendiri, bahwa target-target ekonomi tersebut hanya dapat dicapai jika persoalan sumberdaya manusia lebih dulu ditangani,” ungkap pak Adjie.
Lebih lanjut pak Adjie menuturkan, meskipun diakui bahwa akhir-akhir ini perhatian pada perlunya pembenahan sektor sumber daya manusia semakin besar, namun kelemahan yang elementer-paling tidak di tataran implementasi – masih banyak ditemukan. Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia sektor pariwisata terlalui berat sebelah ke penanganan front liners (industri), untuk menyiapkan mutu pelayanan yang sesuai dengan standar industri pariwisata internasional. “Namun demikian, pengalaman menunjukkan bahwa pembenahan sumber daya manusia yang terfokus pada front liners tanpa memperhatikan sumber daya birokrasi tidak dapat menghasilkan kualitas produk pariwisata yang sesuai,” ujar pak Adjie.
Oleh karena itu, kata pak Adjie, pembicaraan tentang masalah pengembangan sumber daya manusai pariwisata, apalagi dalam konteks perdagangan bebas, seharusnya juga dirahkan pada pembenahan sumberdaya manusia di tingkat birokrasi. Berbagai kajian menunjukkan bahwa salah satu titik lemah pembangunan sektor pariwisata kita terletak pada kemampuan birokrasi yang jauh dari memadai, baik untuk menyusun perencanaan pengembangan program kepariwisataan, regulasi, sampai koordinasi lintas-sektoral. “Keterbatasan seperti ini jelas tidak akan mampu menghasilkan produk wisata yang berdaya- saing tinggi di pasar internasional,” jelas pak Adjie.
Pak Adjie juga menambahkan, berdasarkan kenyataan tersebut, pada kesempatan ini Magister Kajian Pariwisata UGM, Pusat Studi Pariwisata UGM, Badan Pariwisata Daerah Propinsi DIY dan Pemerintah Propinsi Gangwon, Korea melaksanakan dialog tentang pengembangan sumberdaya manusia dalam menciptakan produk pariwisata. “Dari dialog ini diharapkan diperoleh manfaat akademis dan manfaat praktis antara lain diperolehnya pengetahuan tentang strategi pengembangan sumberdaya manusia di Korea maupun di DIY, diperolehnya masukan tentang hambatan, tantangan dan peluang pengembangan sumberdaya manusia di DIY, serta rekomendasi bagi pengembangan sumberdaya manusia birokrasi di Propinsi DIY,” tegas pak Adjie. (Humas UGM)