Selama dua dekade terakhir, sudah banyak kemajuan yang dicapai dalam penurunan angka kebutaan secara signifikan. Pada tahun 1990-an, angka kebutaan nasional sekitar 1,47 persen, sementara studi validasi Riskesdas Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) tahun 2013 memperlihatkan angka kebutaan nasional sebesar 0,6 persen.
Keberhasilan penurunan angka tersebut tentu patut disyukuri dan diapresiasi, meskipun Indonesia masih kalah dibanding angka kebutaan di Singapura (kurang lebih 0,35 persen) dan Thailand (kurang lebih 0,4 persen), dan angka kebutaan di Indonesia sebesar 0,6 persen (antara 0,5 – 1 persen).
“Ini mengandung arti, kebutaan di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini tentu saja bukan tugas dokter dan klinisi saja, namun memerlukan partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat, instansi pemerintah, lembaga non pemerintah dan pihak-pihak lain,” ucap Dr. Agus Supartoto, SpM(K), Ketua PERDAMI cabang Yogyakarta, di Gedung Grha Wiyata Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (28/10).
Berbicara menjelang Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) PERDAMI ke-39, Agus Supartoto mengungkapkan besarnya angka kebutaan di Indonesia dibanding Singapura dan Thailand disebabkan kondisi wilayah geografis yang sangat luas, dengan pulau-pulau serta banyaknya daerah terpencil. Sementara Singapura, Thailand dan Malaysia relatif memiliki wilayah dengan penduduk yang lebih sedikit.
“Contoh keberhasilan adalah India. Karena dengan penduduk yang besar dan wilayah yang luas mampu inovatif dalam membuat alat-alat kesehatan sendiri,” katanya.
Prof. dr. Suhardjo, SU, Sp.M(K) selaku ketua panitia PIT PERDAMI ke-39 menjelaskan PIT PERDAMI merupakan salah satu wujud proses pendidikan kedokteran berkelanjutan (continuiting medical education). Bahwa ilmu kedokteran selalu berkembang sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan bukti ilmiah terbaru.
“Oleh karena itu, praktisi dunia kedokteran sudah selayaknya dan seharusnya memperbaharui pengetahuan berdasarkan perkembangan bukti ilmiah terbaru”, ujarnya.
Pertemuan Ilmiah Tahunan PERDAMI akan berlangsung di Hotel Royal Ambarukmo selama tiga hari, tanggal 30 Oktober s.d 1 November 2014. Dengan mengusung tema besar “Sehat Mata Untuk Semua: Optimalisasi Pelayanan Kesehatan di Era BPJS”, PIT PERDAMI akan diisi beberapa kegiatan diantaranya seminar untuk paraoftalmologi, simposium etik, dan medikolegal.
PIT PERDAMI menghadirkan lebih 20 pembicara asing dari Amerika, Nepal, Jepang, Belanda, Korea, Inggris, India, Singapura, Malaysia dan Brussel. Sementara tidak kurang dari 160 dokter spesialis dari Indonesia akan ikut berkontribusi dalam kegiatan ini.
“Dengan berbagai spesialisasi dan sub-spesialisasi, mereka akan membahas topik-topik katarak dan bedah atraktif, infeksi dan imunologi, vitreoretina, glaucoma, rekonstruksi, okuloplasti dan onkologi, neurooftalmologi, strabismus, oftalmologi anak, refraksi dan lensa kontak serta oftalmologi komunitas,” imbuh Suhardjo. (Humas UGM/ Agung)