Setidaknya 150 peneliti dari berbagai bidang keilmuan mengikuti The 6th Indonesia Japan Join Scientific Symposium (IJJSS) 2014 di UC UGM selama dua hari, mulai 29-30 Oktober 2014. Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh UGM, UI, dan Chiba University, Jepang ini diikuti peserta dari sembilan perguruan tinggi di Indonesia serta sejumlah universitas di Jepang dan Perancis.
Prof. Dr.rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc., selaku ketua panitia mengatakan bahwa UGM dipercaya menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan simposium kali ini. Pada kegiatan ini para peneliti dapat saling berdiskusi menyumbang gagasan, berbagi pengalaman riset, serta membangun jejaring kerjasama satu sama lain.
“Ada 26 topik dibidang teknik, kesehatan, humaniora, dan science yang didiskusikan di simposium ini,” jelas Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerja Sama, Rabu (29/10) usai acara pembukaan IJJSS di UC UGM.
Ditambahkan, peserta simposium juga diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka dalam kegiatan diskusi panel. Terdapat 95 makalah yang rencananya akan dipresentasikan dalam kegiatan tersebut.
“Lewat kegiatan ini juga diharapkan bisa lebih memperkuat kerjasama antar mitra dan juga menghubungkan peneliti dengan dunia industri,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini turut menghadirkan sejumlah praktisi dari dunia industri untuk memberikan pemaparan di hadapan peserta. Mereka adalah Tadayoshi Seki, President of kanto Electronic Coorporation, Fumiyuki Tadokoro, President and CEO of Try International Inc., dan Kyosuke Lida, exceutive Vice President of Chiba Shoyu Co., Ltd.
Sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Prof.Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya mewakili Rektor UGM menyampaikan bahwa perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan sekaligus penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai lembaga penelitian, perguruan tinggi diharapkan dapat memproduksi hasil-hasil penelitian yang bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa kedepan.
“Universitas itu seperti dapur. Layaknya dapur sebagai tempat memasak, universitas merupakan tempat untuk memproduksi riset,” katanya.
Dwikorita menyebutkan bahwa banyak penelitian yang dikembangkan di UGM. Namun, belum banyak yang disampaikan dan diaplikasikan ke masyarakat. Karenanya UGM berupaya menghubungkan para peneliti lebih dekat dengan industri agar capaian yang dihasilkan bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas.
“Kami berharap peneliti tidak hanya memproduksi riset saja, tetapi juga bisa membangun hubungan dengan industri agar hasilnya bisa diaplikasikan dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat serta mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia,” urainya. (Humas UGM/Ika)