Fakultas Pertanian UGM, PT. PLN dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) melakukan panen bersama varietas padi baru Kultivar Cidenuk. Padi Kultivar Cidenuk yang kepanjangan dari Hasil Dedikasi Nuklir merupakan salah satu jenis padi unggulan dengan teknologi nuklir.
Varietas Kultivar Cidenuk merupakan hasil pengembangan Badan Tenaga Nuklir nasional dan menghasilkan benih unggul lebih cepat dari verietas padi konvensional. Untuk uji coba, Batan bekerjasama dengan Faperta UGM dan PT. PLN, menanam varietas ini di hamparan sawah di bawah Sutet Dusun Trasan, Juwiring, Kabupaten Klaten.
Target awal, per hektar sawah memiliki potensi 9,1 ton, namun realisasinya dalam asumsi pesimis setelah diubin mencapai 8,57 ton dan asumsi optimis 9,4 ton. Hasil ini menunjukkan varietas padi Cidenuk melebihi potensi.
“Ini memperlihatkan keberadaan SUTET sesungguhnya, ternyata bisa menghasilkan padi yang meningkat. Tentu saja, semua itu karena dikerjakan serius. Untuk pengembangan varietas-varietas baru maupun aplikasinya, kita bertiga terus mengupayakan, dan saya kira ini bukti kerjasama yang sinergis bisa mengangkat kehidupan masyarakat,” ujar Dekan Faperta UGM, Dr, Jamhari, S.P., M.P, di Trasan, Juwiring, Klaten, Rabu (30/10) .
Menurut Dekan, bertani ibarat mencari jodoh, yaitu senantiasa mempertimbangkan bibit, bobot, dan bebet. Jika bibit potensi sudah bagus, misal pemuliaan yang dilakukan Batan sudah bisa 9,1 ton, maka perlu sentuhan lingkungan yang baik berupa penggunaan teknologi.
Karena itu, petani bila berkeinginan meningkatkan produksi maka penggunaaan bahan organik sudah menjadi keharusan. Sebab bila tidak menggunakan organik berarti tidak terjadi keberlanjutan pembangunan pertanian.
Dr. Ir. Taryono, M.Sc, dosen budidaya pertanian Faperta UGM sekaligus Ketua Pelaksana Kegiatan menyatakan panen di Trasan, Juwiring, Klaten menunjukkan budidaya padi berbasis organik secara hamparan dalam mengatasi serangan organisma pengganggu padi di sawah. Bahwa organisme pengganggu tanaman dan kerusakan lahan telah menjadi pembatas daya hasil di tingkat petani.
“Kehilangan hasil karena organisme pengganggu tanaman, seperti hama dan penyakit sering ditemukan di lahan sawah beririgasi dan tadah hujan, karena kedua daerah tersebut merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan keduanya,” ujarnya.
Salah satu penyebab keberadaan gangguan organisme pengganggu tanaman di lahan sawah, kata Taryono, adalah sulitnya petani melakukan tanam serempak sehamparan karena ketersediaan air yang cukup melimpah. Tidak serempaknya penanaman menyebabkan sulitnya mengendalikan organisma pengganggu tanaman.
Kepala Sekolah Teknologi Nuklir, Batan Yogyakarta, Sutomo Budihardjo mengatakan Kultivar Cidenuk merupakan salah satu benih unggul diantara 20 benih unggul yang dihasilkan sebelumnya dari pemanfaatan energi nuklir. Cultivar Cidenuk, ini di tahun 2013 dan 2014 menjadi benih yang booming di tengah para petani.
“Banyak dicari oleh masyarakat, dan kebetulan dengan Faperta UGM kita serahkan benihnya dan dengan Kelompok Tani Makmur di Trasan, di Juwiring Klaten bisa dilihat hasilnya,” paparnya. (Humas UGM/ Agung)