![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/041114141509381921000709-710x510.jpg)
YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada, Pemerintah DIY, dan Pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan, membuka peluang kerjasama dalam mendorong pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Konsep pembangunan masyarakat desa ini mengkombinasikan konsep pembangunan masyarakat pedesan Korea yang dikenal dengan Saemaul Undong dengan budaya gotong royong yang ada di Indonesia. “Ini praktek baik dalam pembangunan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya dalam pembangunan masyarakat desa,” kata Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE, pada seminar dan workshop Peningkatan Kerjasama UGM, Pemda DIY dan Pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-do dalam Implementasi Saemaul Undong di DIY, Selasa (4/11) di Ruang Balai Senat UGM. Hadir dalam seminar tersebut Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam IX, dan Wakil Gubernur Gyeongsangbuk-do, Prof. Dr. Lee In Seon.
Budi WS, demikian ia akrab disapa, menegaskan konsep pembangunan Saemaul Undong yang ada di Korea pada prinsipnya hampir sama dengan konsep gotong royong. Kendati demikian, imbuhnya, semangat pembangunan gotong royong saat ini makin luntur akibat pemerintah sebelumnya lebih menekankan pembangunan berorientasi pertumbuhan ekonomi. “Pembangunan kita selama ini hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari eksploitasi sumber daya alam tanpa meningkatkan nilai tambah,” tuturnya.
Berbeda dengan di Korea, kata Budi, konsep Saemaul Undong adalah sebuah gerakan masyarakat dalam ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan infrasruktur pedesaaan.
Lee In Seon dalam sambutannya mengatakan kerja sama Gyeongsangbuk-do dengan Universitas Gadjah Mada sebagai tindak lanjut dari ditandatanganinya perjanjian kerja sama dengan Pemda DIY pada 2005 yang lalu. “Bidang pertanian dan perikanan yang akan lebih diutamakan,” katanya.
Selain itu, katanya, kerjasama tripartit ini akan membina pelaku usaha kecil dan menengah di DIY dalam memproduksi dan memasarkan produk yang berorientasi ekspor sehingga mampu meningkatkan daya saing pelaku usaha.
Dalam kesempatan itu, Lee juga menegaskan dirinya akan menjembatani kerja sama lebih intensif antar perguruan tinggi. Dia menyebutkan Gyeongsangbuk-do terdapat 37 perguruan tinggi dengan 370 ribu mahasiswa. “Banyak riset unggulan yang bisa dikerja samakan,” ujarnya.
Sri Paku Alam IX mengatakan realisasi kerja sama DIY dengan Gyeongsangbuk-do dimulai dengan program pembangunan pedesaan di daerah Kabupaten Gunungkidul. Kerja sama semacam ini menurutnya diharapkan nantinya bisa memperkecil kesenjangan ekonomi antara masyarakat desa dan kota. (Humas UGM/Gusti Grehenson)