![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/0511141415176604179013077-820x510.jpg)
YOGYAKARTA – Untuk menghasilkan produk riset kedokteran dan farmasi yang berkualitas, kalangan peneliti di perguruan tinggi dan lembaga riset membutuhkan jumlah hewan percobaan yang tidak sedikit. Namun menggunakan hewan coba tidaklah mudah dan tak bisa sembarang karena ada aturan mengenai animal ethics dan animal welfare. Di kampus UGM, khusus penggunaan hewan coba, proposal penelitian harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari komisi etik masing-masing lembaga. Sebab, peneliti bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan hewan coba.
Ketua Komisi Etik Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM, Prof. Dr. drh. Pudji Astusi, MP mengatakan jumlah proposal penelitian di UGM setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun semuanya tidak dapat dilaksanakan karena terbentur masalah etik. “Mengubah mindset peneliti terkait penggunaan hewan coba dalam penelitian memang tidak mudah katena itu kita terus melakukan sosialisasi dan diseminasi kepada para peneliti,” kata Pudji dalam International Workshop on Animal Ethics bagi Tim Komisi Etik dan Peneliti di Lingkungan UGM, Selasa (4/10), di Hotel UC UGM. Workshop yang diselenggrakan oleh Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM ini menghadirkan Prof. Ian Robertson dan Dr. Moria Desport dari Murdoch University, Perth, Australia dan beberapa perwakilan dosen dan peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), serta Komisi Etik Fakultas Kedokteran.
Pudji Astusi memaparkan, persoalan aturan animal welfare ini menurutnya menjadikan UGM terus melakukan perbaikan penyediaan kelayakan fasilitas hewan yang memenuhi standar internasional. Secara garis besar, kata Pudji. UGM juga telah mengimplementasikan etika hewan coba dengan peningkatan kelayakan fasilitas laboratorium. “UGM bekerjasama dengan Murdoch University dalam proses pengawalan implementasi animal ethics,” katanya.
Dr. Moria Desport, menekankan bahwa penggunaan hewan dalam penelitian harus memenuhi asas kesejahteraan hewan . Selama penelitian dilakukan, hewan harus terbebas dari rasa lapar dan haus, rasa tidak nyaman, rasa sakit, penyakit, dan rasa takut serta stress. “Rendahnya tingkat pengetahuan terhadap kesejahteraan hewan akan menimbulkan penderitaan bagi hewan coba,” jelas Moria.
Sementara Prof. Ian Robertson, mengatakan penelitian yang menggunakan hewan coba dianjurkan jangan sampai menyakiti hewan. Oleh karena itu, peneliti dihimbau untuk tidak menggunakan hewan sebagai alat percobaan penelitian. “Hewan coba hanya digunakan apabila tidak ada alternatif lain yang tersedia,” pungkasnya. (Humas UGM/Izza)